"Kriiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiing", suara jam weker Neli mulai mengganggu tidur lelapnya. Pagi ini, puluhan bola kertas di lantai kamarnya telah menyambut. Bola-bola kertas itu adalah puluhan jeri payahnya semalaman. Itu adalah tulisan-tulisannya yang gagal. Matanya yang masih tampak berat seketika terbelalak ketika melihat buku di hadapannya masih tampak bersih. Tak ada sedikit pun goresan tinta di dalamnya. Padahal sore ini, dia harus mengumpulkan hasil tulisannya itu.
Tepat satu minggu yang lalu, Pak Hendra Dosen Bahasa Indonesianya memberikan tugas menulis sebuah cerpen. Neli yang memang tidak memiliki bakat mengarang mau tidak mau harus mengerjakannya. Ditambah mood kuliahnya yang akhir-akhir ini jelek membuatnya semakin tercekik dengan tugas itu.
"Argh!!!! Apa yang harus aku tulis sekarang? Apa yang akan aku ceritakan? Ayolah Tuhan, tolong aku", gerutunya dalam hati.
Di meja mini dalam kamarnya, Neli mencoba untuk menyelesaikan tugas menulisnya. Dia mencoba merangkai kata agar menjadi sebuah kalimat dan cerita yang indah. Berharap semua ide cemerlang akan hinggap dan membantu menyelesaikan tulisannya. Tetapi baru satu, dua paragraf pikirannya selalu ngeblank. Dirobek dan diremasnya kertas dengan tulisan gagalnya itu. Alhasil bola-bola kertaslah yang selalu ia berhasil ciptakan.
"Bodoh! Bodoh! Bodoh!", cacinya pada dirinya sendiri.
"Pagi yang sial! Apa yang harus aku tulis? Kenapa aku tidak bisa menuliskan apa pun?", Neli kesal.
Semangat Neli semakin redup. Nampak jelas serentetan beban di otaknya mulai berhamburan. Dia mulai meragukan kemampuannya untuk menyelesaikan tugasnya. Neli mencoba untuk membubarkan sederetan beban pikiran yang ada di otaknya itu. Ditaruhnya semua alat tulis dan merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Dia mencoba mengistirahatkan sejenak otaknya dengan lamunan-lamunan kosongnya. Suasana kamar yang sunyi semakin membawanya hanyut dalam lamunannya dan mengingatkan sesuatu pada dirinya.
"Tulislah apa yang saat itu ada di otak kalian dan jangan takut salah!", ingatannya tenang kata-kata Pak Hendra seminggu yang lalu mulai memberinya semangat.
"Aku tidak boleh menyerah! Aku harus bisa! Ya, aku pasti bisa ", ujarnya dalam hati sembari duduk dan menggapai alat tulisnya lagi.
Ditariknya nafas panjang dan menghembuskannya perlahan. Sedikit demi sedikit ia buang keraguan akan ketidakmampuannya menulis. Meski setelah itu ia masih tetap gagal, pikirannya ngeblank, dan bahkan masih bertanya apa yang harus dituliskan lagi, Neli tetap mencoba menyelesaikannya.
Akhirnya sebuah ide cemerlang muncul. Ide itu tertuju pada sebuah tema tentang dirinya. Betapa tidak mudahnya bagi Neli menulis itu. Namun bukan berarti tidak bisa dia lakukan hanya saja butuh kesabaran, keuletan serta semangat untuk tidak mudah menyerah baginya. Kesulitan yang dialaminya Neli tuangkan dalam kertas tugasnya. Satu jam kemudian sebuah cerpen yang mengisahkan tentang dirinya itu pun selsai.
Profil penulis
Nama : Susi K
email : susikaryati50@gmail.com
Twitter : @ckickondut