Kalaulah saya berkata panjang lebar untuk mengutarakan perasaanku terhadapmu mungkin satu malam pun tak akan pernah cukup. Panjangnya jalinan kasih kita dulu tak akan pernah hilang dari tiap sela lipatan hatiku. Sekalipun begitu indah masa itu tak bisa dipungkiri ada ayat-ayat yang sempat melukai hati. Tapi itu tak masalah bagiku.
Hapir 1 tahun kita tak bersua. Aku hanya tau kau tengah menjalin kasih dengan wanita lain bahkan telah mengikatnya dalam sebuah janji suci pernikahan. Aku pun menikmati kebahagiaanmu itu dengan kedukaan sebab harusnya aku yang kau pinang. Tapi dengan seiring berjalannya waktu aku mulai sadar bahwa takdir memisahkan kita tanpa alasan. Tak ada kesalahan ku sedikitpun dalam mencintaimu selama ini yang pantas menjadi alasan takdir memisahkan kita.
Takdirpun menuntunku pada sebuah kisah cinta dalam doa. Aku tak mampu melupakanmu. Bahkan aku tak mampu membencimu. Aku merahasiakan setiap rasaku bersama Tuhan. Aku berusaha menjadi wanita yang tampak baik-baik saja.
Tapi kini dirimu hadir kembali. Namun bukan untuk menyambut cintaku melainkan sebab keingintahuanmu saja. Kini engkau adalah suami orang.
Dengan dalih bahwa hanya aku yang mampu memahami apa maumu, kamu berhasil memenuhi rasa ingin tahu mu itu. Kau mampu membuatku menyatakan cinta yang selama ini hanya kusimpan dalam doa. Kau tau bahwa aku tak membencimu bahkan kau tau bahwa cintaku tak berkurang sedikit pun untukmu. Sesaat Kau mampu membuatku jatuh cinta kembali. Kau datang penuh dengan dan sebab rasa nyaman. Sekalipun rasa nyaman itu mampu menutup kesadaranku bahwa kamu suami orang, pertanyaan besarku kepadamu selama ini yang belum terjawab mencoba menggangguku. Seolah aku harus bertanya kembali, mengapa kau mampu tinggalkan aku sedang aku adalah orang yang menemani perjuanganmu dari nol? Tapi dengan sekuat tenaga aku mehannya agar bahagia yang ku rasa sementara ini tak cepat berlalu.
Bahagia yang sementara ini ternyata belum sebanding dengan luka yang ku tahan bertahun lamanya. Saat kamu tak menghubungiku lagi untuk beberapa waktu aku merasa patah hati yang sama saat kamu pergi dulu. Aneh rasanya. Aku patah hati dengan suami orang. Hal yang seharusnya tak boleh aku lakukan. Tapi aku bisa apa selain menikmati rasa sakit sebab kepergianmu yang entah kapan datang lagi serta menyembunyikan rasa sakit dan penantianku padamu. Sedangkan kau datang sebab nyaman dan pergi meninggalkan pertanyaan. Seolah hatiku bagai ruang kosong yang tak bertuan dan tak berpintu yang dengan mudah kau masuk dan keluar begitu saja.
Sejujurnya aku pun ingin menjadikan hatiku sebagai tempat spesial untuk orang yang teristimewa. Sayangnya aku tidak tau apa yang sebenarnya kau mau dariku. Aku berharap jika kau ingin masuk silahkan tapi tolong jangan kau keluar lagi. Tapi jika kau ingin keluar masuk dengan begitu saja maka silahkan kau pergi dan tak perlu kembali. Sebab aku tak mau kau datang sebab sebuah kenyamanan dan pergi meninggalkan pertanyaan. Inilah perjuangan terakhirku untukmu wahai kau yang telah menjadi suami orang.
#Perempuanfotocopy