TUGAS 1
MATA KULIAH
RESOLUSI KONFLIK
Disusun Oleh :
Susi Karyati (14510001)
Dosen Pengampu : Dra. M.C Candra R
SEKOLAH
TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD”
Yogyakarta
2016
1.
Kumpulkan beberapa
pengertian dari :
a.
Pengertian Konflik
JAWAB :
·
Menurut Pruitt & Rubin,
konflik adalah persepsi mengenai perbedaan kepentingan.
·
Menurut Webster,
konflik berarti suatu perkelahian, peperangan atau perjuangan yang berupa konfrontasi
fisik antara beberapa pihak.
·
Dalam KBBI konflik
adalah perselisihan
·
Menurut Robbins,
konflik adalah sebuah proses atau upaya yang sengaja dilakukan seseorang atau
lebih untuk menghalangi usaha yang dilakukan orang/pihak lain dalam berbagai hambatan
yang menjadikan orang lain tersebut merasa frustari dalam usahanya mencapai
tujuan yang diinginkan.
·
Menurut Irfan &
Puguh, Konflik adalah hubungan antara dua pihak atau lebih, pada tataran
individu atau kelompok, yang memiliki atau yang merasa memiliki
kepentingan-kepentingan yang tidak sejalan.
·
Menurut Simon Fisher,
dkk konflik adalah hubungan antara dua pihak atau lebih (individu atau
kelompok) yang memiliki atau yang merasa
memiliki sasara-sasaran yang tidak sejalan.
b.
Sumber/penyebab konflik
JAWAB :
·
Menurut Dean G. Pruitt
&Jeffrey Z. Rubin penyebab konflik diantaranya :
1)
Determinan tingkat
aspirasi
Dalam suatu situasi
tertentu adanya konflik sosial antar dua atau lebih selalu ada aspirasi yang
dibawa oleh setiap kelompok. Ketika aspirasi semakin meningkat, maka
masing-masing pihak akan lebih nampak berlawanan satu dengan yang lainnya
sehingga menciptakan konflik. Aspirasi meningkat karena masing-masing pihak
merasa mampu dan berhak memiliki atau mendapat sebuah sasaran yang diinginkan
keduanya. Permikiran seperti ini dapat timbul karena faktor prestasi masa lalu,
persepsi mengenai kekuasaan, aturan dan norma, perbandingan dengan orang lain,
dan terbentuknya kelompok pejuang.
2)
Determinan persepsi
tentang aspirasi pihak lain
Dalam suatu keadaan
konflik tidak hanya karena adanya
aspirasi yang tinggi. Namun mempresepsikan aspirasi pihak lain bahwa aspirasi
pihak lain terlalu tinggi dan tidak cocok dengan aspirasinya sendiri maka dapat
menimbulkan konflik. Faktor yang mendorong suatu pihak berpersepsi bahwa pihak
yang bertentangan memiliki aspirasi yang tinggi adalah adanya pengalaman yang
buruk dari pihak lain yang menyebabkan frustasi. Sedangkan ketidakpercayaan
terhadap pihak lain cenderung akan menguatkan persepsi tersebut.
3)
Tidak adanya alternatif
yang dapat diterima semua pihak
Saat dua pihak atau
lebih memiliki aspirasi yangbertentangan dan tidak ada alternatif yang dapat
digunakan untuk mencapai sebuah keadaan yang dapat diterima oleh kedua pihak
maka menyebabkan konflik.
·
Menurut Simon
Fisher,dkk dalam buku mengelola konflik (2001) menyebutkan bahwa sumber atau
penyebab konflik antaralain :
a)
Adanya polarisasi
(pengkutupan) yang terus terjadi diantara
kelompok yang berbeda dalam suatu masyarakat.
b)
Ketidakpercayaan
diantara kelompok yang berbeda dalam
suatu masyarakat.
c)
Perbedaan
pandangan, tujuan, sasaran, dan kepentingan
d)
Tidak
terpenuhinya kebutuhan seseorang
e)
Adanya
ketidakadilan dalam suatu hubungan.
2.
Sintesakan
berbagai pengertian itu dengan menggunakan kalimat anda sendiri!
JAWAB
:
a. Konflik
adalah suatu interaksi dalam suatu hubungan antar individu
atau kelompok yang memiliki satu tujuan tertentu dan didalamnya terjadi suatu
perbedaan, ketidaksesuaian, atau kesenjangan dalam proses pencapaiannya.
b. sumber
/ penyebab konflik antara lain:
·
perbedaan nilai/
tata nilai, pandangan, kepentingan dalam suatu hubungan sosial.
Konflik
seringkali dapat muncul ketika seseorang atau kelompok yang saling berinteraksi
memiliki cara pandangan yang berbeda satu sama lain. Di mana cara pandangan
setiap orang juga dapat dipengaruhi oleh nilai-nilai serta tata nilai yang
dimiliki/dipegang oleh setiap individu atau kelompok.
·
Perubahan nilai yang
secara cepat dan mendadak. Perubahan
yang secara cepat dan mendadak sering kali dapat memicu timbulnya konflik.
·
Perbedaan
kepentingan
Perbedaaan
pandangan setiap pihak dalam suatu hubungan interaksi terkadang menimbulkan
perbedaan kepentingan atau tujuan.Dengan kata lain bahwa
kadang-kadang orang
dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. Hal seperti inilah yang dapat menyebabkan konflik.
3. Jelaskan teori konflik mazhab
humanis, kemudian jelaskan
menggunakan kalimat anda sendiri tentang;
a. Prinsip dasar dan asumsi yang dibangun dari teori konflik
mazhab humanis
b. Kekuatan dari teori konflik
mazhab humanis
c. Relevansi teori konflik mazhab
humanis dengan kondisi
konflik sosial pada masa kini
JAWAB :
Teori Sosiologi humanis secara umum berkembang sebagai
respon terhadap analisis makro fungsionalisme struktural. Aliran ini sangat
mungkin dimaanfaatkan untuk menganalisis
konflik masyarakat terutama konflik mikro. Hal ini tidak lepas dari
analisis interaksionisme simbolis yang menekankan individu, simbol dan dunia
sosial. Selain pendekatan interaksionisme simbolik, teori konstruksi sosial
atau fenomena sosial juga merupakan pendekatan yang dapat digunakan dalam
sosiologi konflik mazhab humanis.
Interaksionisme simbolik membahas interprestasi aktor
terhadap simbol-simbol , termasuk bahasa yang dibawa aktor lain dalam proses
interaksi sosial. Simbol-simbol tersebut diaktualisasikan dalam bentuk tindakan
yang dimaknai oleh orang lain dalam bentuk respon tindakan yang disebut imteraksi
simbolik. Sosiologi konflik menggunakan analisis interaksi simbolik untuk
melihat baerbagai fenomena konflik pada skala mikro dan lingkungan spesifik.
Simbol bisa dimaknai secara variatif oleh masing-masing aktor dalam interaksi
simbolik. Prinsip utama teori interaksionisme simbolik (Ritzer) yaitu:
1. Manusia memiliki kapasitas berfikir yang kreatif.
2. Kapasitas berfikir kreatif itu dibentuk melalui
interaksi sosial.
3. Interaksi sosial individu-individu bisa mempelajari
berbagai makna dan simbol yang member peluang mereka menguji perbedaan
kapasitas berfikir.
4. Makna dan simbol member peluang manusia menciptakan
tindakan dan interaksi yang
berbeda-beda.
5. Individu mampu memodifikasi atau membuka berbagai
makna dan simbol yang mereka gunakan dalam tindakan dan interaksi berdasarkan
pada penafsiran dari situasi mereka.
6. Individu mampu melakukan modifikasi dan perubahan
karena memiliki kapasitas kemampuan mereka berinteraksi dengan diri mereka
sendiri yang member peluang mereka menguji berbagai kemungkinan tindakan, menilai
keuntungan dan kerugian dalam kemungkinan tindakan itu, dan kemudian memilih
salah satu tindakan yang menguntungkan mereka.
7. Pola-pola kesaling terkaitan dari tindakan dan
interaksi memoles kelompok dan masyarakat.
Dalam studi konflik dengan pendekatan konstruksi
sosial meAlihat konflik sebagai manifestasi sosial dari dialektika kenyataan
sosial. Kenyataan sosial merupakan suatu konstruksi sosial buatan masyarakat
sendiri dalam perjalanan sejarahnya dari masa silam ke masa kini dan menuju
masa depan yang berkarakter pluralis, relatif, dan dinamis. Dimana setiap
kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat memiliki kehendak dalam membangun
realitas sosial dan setiap kehendak harus berhadapan satu sama lain dan
berusaha untuk saling mendominasi. Oleh
karena itu seringkali konflik sering muncul di dalamnya. Asumsi yang dibagun
dalam pendekatan ini (Lederach), yaitu:
1. Konflik sosial dipahami sebagai hal yang alamiah,
suatu pengalaman-pengalaman umum yang hadir di setiap hubungan dan budaya.
2. Konflik dipahami sebagai kejadian konstruktif
kebudayaan secara sosial.
3. Konflik muncul melalui proses interaksi yang
melandaskan pada pencarian dan penciptaan makna bersama
4. Proses interaktif disempurnakan melalui dan berakar
dalam persepsi manusia, interpretasi, ekspresi, dan niatan yang semuanya tumbuh
dari dan berputar kembali ke kesadaran umum mereka.
5. Pemaknaan muncul sebagaimana manusia meletakan diri
mereka sendiri dan sesuatu yang sosial seperti situasi, kejadian, dan tindakan
dalam pengetahuan mereka.
6. Kebudayaan berakar di dalam pengetahuan bersama dan
skema-skema yang digunakan oleh sekelompok orang untuk merasakan, menafsirkan,
mengekspresikan, dan merespon kenyataan sosial disekitarnya.
7. Pemahaman hubungan konflik sosial dan budaya tidak
hanya satu pertanyaan sensitive dari kesadaran, tetapi lebih jauh petualangan
yang dalam dari penemuan dan penggalian arkeologis dari pengetahuan umum
bersama dari sekelompok orang.
a. Prinsip dasar dan asumsi yang dibangun
Prinsip
dasar yang di bangun dalam teori ini yaitu konflik terjadi tidak lepas dari
individu, pemaknaan simbol, dan dunia sosial.
Asumsi
yang dibangun dalam teori ini yaitu :
·
bahwa konflik
lahir karena adanya suatu interaksi simbolis dari setiap individu yang memiliki
kapasitas berfikir secara kreatif. Setiap individu digambarkan sebagai unsur
utama dalam dunia sosial karena mereka selalu kreatif menciptakan simbol
tertentu yang kemudian diwuujudkan dalam suatu tindakan pada lingkungan dan
situasi tertentu.
·
Bahwa
konflik merupakan suatu proses sosial yang
merupakan perwujudan dari interaksi dan tindakan individu atau masyarakat dalam
kehidupan atau hubungan sosial. Dimana
interaksi yang terjadi akan dapat memengaruhi pada kontruksi sosial yang ada. Dengan kata lain proses
karena konflik akan dapat
menghasilkan suatu kondisi yang baru melalui berbagai dinamika atau upaya
didalamnya.
b. Kekuatan dalam teori mazhab humanis ini yaitu bahwa konflik
dapat dilihat dengan 2
pendekatan yaitu interaksionisme simbolik dan konstruksi sosial.
c. Kasus
Kerusuhan di Tanjung Balai, Sumatera Utara 29 Juli 2016
Kronologi kasus:
Kejadian ini berawal
dari adanya permintaan seorang warga Tionghoa (M 41 tahun), warga Jalan Karya
Tanung Balai yang menegur nazir Masjid Al Makhsum yang ada di Jalan Karya dengan
maksud agar mengecilkan volume mikrofon yang ada di masjid berulang kali.
Sekitar pukul 20.00 WIB
setelah selesai sholat isya, M yang dianggap telah melarang adanya kumandang
azan dari Masjid Al Makhsum didatangi warga. Karena keadaan memanas dimana
rumah M di lempari dengan bom molotov M dan suaminya diamankan ke kelurahan
yang kemudian di bawa ke Polsek Tanjung Balai Selatan.
Setibanya di Polsek
dilakukan pertemuan antara Ketua MUI, FPI, camat, kepling dan tokoh masyarakat
setempat. Pada saat yang bersamaan massa mulai datang dan berkumpul yang
dipimpin oleh kelompok elemen mahasiswa dan melakukan orasi. Namun massa
akhirnya dapat dibubarkan.
Pukul 23.00WIB massa
kembali berkumpul karena mendapat informasi dari medsos yang diposting salah
seorang warga. Kemudian massa kembali mendatangi rumah M di Jalan Karya mereka
hendak membakar namun di larang oleh warga sekitar. Karena massa semakin banyak
dan emosi, mereka bergerak untuk melakukan tindakan pembakaran dan pengrusakan
sejumlah vihara dan klenteng di Tanjung Balai. Massa melakukan pembakaran
terhadap 1 unit Vihara dan 3 unit klenteng 3 unit mobil, 3 unit sepeda motor
dan 1 unit betor di Pantai Amor; merusak barang-barang 1 unit klenteng di Jalan
Sudirman, merusak barang-barang 1 unit klenteng dan 1 unit praktik pengobatan
Tionghoa serta 1 unit sepeda motor di Jalan Hamdoko; merusak barang-barang 1
unit klenteng di Jalan KS Tubun dan 1 unit bangunan milik Yayasan Putra Esa di
Jl Nuri; membakar barang-barang dalam 1 unit vihara di Jalan Imam Bonjol,
merusak isi bangunan Yayasan Sosial dan merusak 3 unit mobil di Jalan WR
Supratman, merusak pagar vihara di Jalan Ahmad Yani, membakar barang-barang
yang ada dalam 1 unit klenteng di Jalan Ade Irma.
ANALISIS:
Dalam pandangan mazhab
humanis konflik yang terjadi di Tanjung Balai 29 Juli 2016 lalu merupakan konflik antara individu dengan kelompok.
Konflik ini dapat dianalisis dengan menggunakan dua
pendekatan, yaitu :
·
Pendekatan
interaksionisme simbolik
Konflik yang terjadi di
Tanjung Balai timbul karena adanya pemaknaan simbol yang salah yaitu terhadap tindakan M (orang
Tionghoa) dengan warga
yang beragama islam. Dalam hal
ini M yang datang ke Masjid Al Makhsum dan meminta nazir untuk mengurangi volume toa di
masjid berkali-kali mengundang kesalah
pahaman antara kedua pihak. Beberapa warga muslim beranggapan
bahwa M telah melarang adanya adzan
yang dikumandangkan dari masjid yang kemudian disebarkan melalui medsos oleh beberapa warga yang mendengarnya. sehingga
berakibatkan pada pembakaran dan
pengrusakan sejumlah vihara, klenteng, tempat usaha, dan kendaraan di Tanjung
Balai.
·
Konstruksi sosial
Berdasarkan
pendekatan konstruksi sosial konflik di Tanjung Balai. konflik terjadi saat beberapa orang
memiliki pemaknaan yang sama bahwa M telah bertindak antolerir terhadap sesama
umat beragama sehingga melakukan
kerusuhan sebagai ekspresi atas pemaknaan tersebut yang dianggap wajar.
Kesimpulan
MAZHAB HUMANIS
|
||
Teori
|
Kasus
|
Analisis
|
Prinsisp dasar yang dibangun dalam teori ini yaitu
bahwa konflik terjadi tidak lepas dari individu
sebagai manusia yang kreatif, pemaknaan simbol, dan
dunia sosial.
|
PEMBAKARAN
VIHARA DI TANJUNG BALAI, SUMUT 29/7/2016
Kejadian ini berawal dari adanya permintaan
seorang warga Tionghoa (M 41 tahun), warga Jalan Karya Tanung Balai yang
menegur nazir Masjid Al Makhsum yang ada di Jalan Karya dengan maksud agar
mengecilkan volume mikrofon yang ada di masjid berulang kali.
Sekitar pukul 20.00 WIB setelah selesai sholat
isya, M yang dianggap telah melarang adanya kumandang azan dari Masjid Al
Makhsum didatangi warga. Karena keadaan memanas dimana rumah M di lempari
dengan bom molotov M dan suaminya diamankan ke kelurahan yang kemudian di
bawa ke Polsek Tanjung Balai Selatan.
Pukul 23.00WIB massa kembali berkumpul karena
mendapat informasi dari medsos yang diposting salah seorang warga. Kemudian
massa kembali mendatangi rumah M di Jalan Karya mereka hendak membakar namun
di larang oleh warga sekitar. Karena massa semakin banyak dan emosi, mereka
bergerak untuk melakukan tindakan pembakaran dan pengrusakan sejumlah vihara
dan klenteng di Tanjung Balai.
|
Ø Berdasarkan
pendekatan fungsionisme simbolik bahwa Konflik yang terjadi di Tanjung Balai
timbul karena adanya pemaknaan simbol yang salah yaitu terhadap tindakan M (orang Tionghoa) dengan warga
yang beragama islam. Dalam hal ini M yang datang ke Masjid Al
Makhsum dan meminta nazir untuk mengurangi volume toa di
masjid berkali-kali mengundang kesalah pahaman antara kedua pihak. Beberapa
warga muslim beranggapan bahwa M telah melarang adanya adzan
yang dikumandangkan dari masjid yang kemudian disebarkan melalui medsos oleh beberapa warga yang mendengarnya. sehingga berakibatkan pada pembakaran dan pengrusakan sejumlah vihara,
klenteng, tempat usaha, dan kendaraan di Tanjung Balai.
Ø Berdasarkan pendekatan konstruksi sosial konflik di Tanjung Balai. konflik
terjadi saat beberapa orang memiliki pemaknaan yang sama bahwa M telah
bertindak antolerir terhadap sesama umat beragama sehingga melakukan kerusuhan sebagai
ekspresi atas pemaknaan tersebut yang dianggap wajar.
|
Asumsi yang dibangun dalam teori ini yaitu :
Ø Bahwa konflik lahir karena adanya suatu interaksi simbolis dari setiap
individu yang memiliki kapasitas berfikir secara kreatif.
Ø Bahwa
konflik merupakan suatu proses sosial yang
merupakan perwujudan dari interaksi dan tindakan individu atau masyarakat
dalam kehidupan atau hubungan sosial.
|
||
Kekuatan dalam teori mazhab humanis ini yaitu bahwa konflik
dapat dilihat dengan 2 pendekatan yaitu interaksionisme simbolik dan konstruksi
sosial.
|
REFERENSI
Dean G. Pruitt &Jeffrey Z.
Rubin.2009.TEORI KONFLIK SOSIAL.Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Wijaya,Masmoelyadi,dkk.2013.MODUL PENANGANAN KONFLIK BERNUANSA
KEAGAMAAN.Yogyakarta:PUSHAM UII.
Simon Fisher, dkk. 2001. MENGELOLA KONFLIK.Jakarta: SMK Grafika
Desa Putra.