Monday, November 21, 2016

RESOLUSI KONFLIK MAZHAB HUMANIS

TUGAS 1
MATA KULIAH RESOLUSI KONFLIK



Disusun Oleh :
   Susi Karyati                (14510001)

Dosen Pengampu : Dra. M.C Candra R
SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD”
Yogyakarta
2016
1.      Kumpulkan beberapa pengertian dari :
a.       Pengertian Konflik
JAWAB :
·         Menurut Pruitt & Rubin, konflik adalah persepsi mengenai perbedaan kepentingan.
·         Menurut Webster, konflik berarti suatu perkelahian, peperangan atau perjuangan yang berupa konfrontasi fisik antara beberapa pihak.
·         Dalam KBBI konflik adalah perselisihan
·         Menurut Robbins, konflik adalah sebuah proses atau upaya yang sengaja dilakukan seseorang atau lebih untuk menghalangi usaha yang dilakukan orang/pihak lain dalam berbagai hambatan yang menjadikan orang lain tersebut merasa frustari dalam usahanya mencapai tujuan yang diinginkan.
·         Menurut Irfan & Puguh, Konflik adalah hubungan antara dua pihak atau lebih, pada tataran individu atau kelompok, yang memiliki atau yang merasa memiliki kepentingan-kepentingan yang tidak sejalan.
·         Menurut Simon Fisher, dkk konflik adalah hubungan antara dua pihak atau lebih (individu atau kelompok) yang memiliki  atau yang merasa memiliki sasara-sasaran yang tidak sejalan.
b.      Sumber/penyebab konflik
JAWAB :
·         Menurut Dean G. Pruitt &Jeffrey Z. Rubin penyebab konflik diantaranya :
1)      Determinan tingkat aspirasi
Dalam suatu situasi tertentu adanya konflik sosial antar dua atau lebih selalu ada aspirasi yang dibawa oleh setiap kelompok. Ketika aspirasi semakin meningkat, maka masing-masing pihak akan lebih nampak berlawanan satu dengan yang lainnya sehingga menciptakan konflik. Aspirasi meningkat karena masing-masing pihak merasa mampu dan berhak memiliki atau mendapat sebuah sasaran yang diinginkan keduanya. Permikiran seperti ini dapat timbul karena faktor prestasi masa lalu, persepsi mengenai kekuasaan, aturan dan norma, perbandingan dengan orang lain, dan terbentuknya kelompok pejuang.
2)      Determinan persepsi tentang aspirasi pihak lain
Dalam suatu keadaan konflik  tidak hanya karena adanya aspirasi yang tinggi. Namun mempresepsikan aspirasi pihak lain bahwa aspirasi pihak lain terlalu tinggi dan tidak cocok dengan aspirasinya sendiri maka dapat menimbulkan konflik. Faktor yang mendorong suatu pihak berpersepsi bahwa pihak yang bertentangan memiliki aspirasi yang tinggi adalah adanya pengalaman yang buruk dari pihak lain yang menyebabkan frustasi. Sedangkan ketidakpercayaan terhadap pihak lain cenderung akan menguatkan persepsi tersebut.
3)      Tidak adanya alternatif yang dapat diterima semua pihak
Saat dua pihak atau lebih memiliki aspirasi yangbertentangan dan tidak ada alternatif yang dapat digunakan untuk mencapai sebuah keadaan yang dapat diterima oleh kedua pihak maka menyebabkan konflik.
·         Menurut Simon Fisher,dkk dalam buku mengelola konflik (2001) menyebutkan bahwa sumber atau penyebab konflik antaralain :
a)      Adanya polarisasi (pengkutupan) yang terus terjadi diantara  kelompok yang berbeda dalam suatu masyarakat.
b)      Ketidakpercayaan diantara  kelompok yang berbeda dalam suatu masyarakat.
c)      Perbedaan pandangan, tujuan, sasaran, dan kepentingan
d)     Tidak terpenuhinya kebutuhan seseorang
e)      Adanya ketidakadilan dalam suatu hubungan.

2.      Sintesakan berbagai pengertian itu dengan menggunakan kalimat anda sendiri!
JAWAB :
a.       Konflik adalah suatu interaksi dalam suatu hubungan antar individu atau kelompok yang memiliki satu tujuan tertentu dan didalamnya terjadi suatu perbedaan, ketidaksesuaian, atau kesenjangan dalam proses pencapaiannya.
b.      sumber / penyebab konflik antara lain:
·         perbedaan nilai/ tata nilai, pandangan, kepentingan dalam suatu hubungan sosial.
Konflik seringkali dapat muncul ketika seseorang atau kelompok yang saling berinteraksi memiliki cara pandangan yang berbeda satu sama lain. Di mana cara pandangan setiap orang juga dapat dipengaruhi oleh nilai-nilai serta tata nilai yang dimiliki/dipegang oleh setiap individu atau kelompok.
·         Perubahan nilai yang secara  cepat dan mendadak. Perubahan yang secara cepat dan mendadak sering kali dapat memicu timbulnya konflik.
·         Perbedaan kepentingan
Perbedaaan pandangan setiap pihak dalam suatu hubungan interaksi terkadang menimbulkan perbedaan kepentingan atau tujuan.Dengan kata lain bahwa kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. Hal seperti inilah yang dapat menyebabkan konflik.

3.      Jelaskan teori konflik mazhab humanis, kemudian jelaskan menggunakan kalimat anda sendiri tentang;
a.       Prinsip dasar dan asumsi yang dibangun dari teori konflik mazhab humanis
b.      Kekuatan dari teori konflik mazhab humanis
c.       Relevansi teori konflik mazhab humanis dengan kondisi konflik sosial pada masa kini
JAWAB :
Teori Sosiologi humanis secara umum berkembang sebagai respon terhadap analisis makro fungsionalisme struktural. Aliran ini sangat mungkin dimaanfaatkan untuk menganalisis  konflik masyarakat terutama konflik mikro. Hal ini tidak lepas dari analisis interaksionisme simbolis yang menekankan individu, simbol dan dunia sosial. Selain pendekatan interaksionisme simbolik, teori konstruksi sosial atau fenomena sosial juga merupakan pendekatan yang dapat digunakan dalam sosiologi konflik mazhab humanis.
Interaksionisme simbolik membahas interprestasi aktor terhadap simbol-simbol , termasuk bahasa yang dibawa aktor lain dalam proses interaksi sosial. Simbol-simbol tersebut diaktualisasikan dalam bentuk tindakan yang dimaknai oleh orang lain dalam bentuk respon tindakan yang disebut imteraksi simbolik. Sosiologi konflik menggunakan analisis interaksi simbolik untuk melihat baerbagai fenomena konflik pada skala mikro dan lingkungan spesifik. Simbol bisa dimaknai secara variatif oleh masing-masing aktor dalam interaksi simbolik. Prinsip utama teori interaksionisme simbolik (Ritzer) yaitu:
1.      Manusia memiliki kapasitas berfikir yang kreatif.
2.      Kapasitas berfikir kreatif itu dibentuk melalui interaksi sosial.
3.      Interaksi sosial individu-individu bisa mempelajari berbagai makna dan simbol yang member peluang mereka menguji perbedaan kapasitas berfikir.
4.      Makna dan simbol member peluang manusia menciptakan tindakan dan interaksi  yang berbeda-beda.
5.      Individu mampu memodifikasi atau membuka berbagai makna dan simbol yang mereka gunakan dalam tindakan dan interaksi berdasarkan pada penafsiran dari situasi mereka.
6.      Individu mampu melakukan modifikasi dan perubahan karena memiliki kapasitas kemampuan mereka berinteraksi dengan diri mereka sendiri yang member peluang mereka menguji berbagai kemungkinan tindakan, menilai keuntungan dan kerugian dalam kemungkinan tindakan itu, dan kemudian memilih salah satu tindakan yang menguntungkan mereka.
7.      Pola-pola kesaling terkaitan dari tindakan dan interaksi memoles kelompok dan masyarakat.
Dalam studi konflik dengan pendekatan konstruksi sosial meAlihat konflik sebagai manifestasi sosial dari dialektika kenyataan sosial. Kenyataan sosial merupakan suatu konstruksi sosial buatan masyarakat sendiri dalam perjalanan sejarahnya dari masa silam ke masa kini dan menuju masa depan yang berkarakter pluralis, relatif, dan dinamis. Dimana setiap kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat memiliki kehendak dalam membangun realitas sosial dan setiap kehendak harus berhadapan satu sama lain dan berusaha untuk saling mendominasi.  Oleh karena itu seringkali konflik sering muncul di dalamnya. Asumsi yang dibagun dalam pendekatan ini (Lederach), yaitu:
1.      Konflik sosial dipahami sebagai hal yang alamiah, suatu pengalaman-pengalaman umum yang hadir di setiap hubungan dan budaya.
2.      Konflik dipahami sebagai kejadian konstruktif kebudayaan secara sosial.
3.      Konflik muncul melalui proses interaksi yang melandaskan pada pencarian dan penciptaan makna bersama
4.      Proses interaktif disempurnakan melalui dan berakar dalam persepsi manusia, interpretasi, ekspresi, dan niatan yang semuanya tumbuh dari dan berputar kembali ke kesadaran umum mereka.
5.      Pemaknaan muncul sebagaimana manusia meletakan diri mereka sendiri dan sesuatu yang sosial seperti situasi, kejadian, dan tindakan dalam pengetahuan mereka.
6.      Kebudayaan berakar di dalam pengetahuan bersama dan skema-skema yang digunakan oleh sekelompok orang untuk merasakan, menafsirkan, mengekspresikan, dan merespon kenyataan sosial disekitarnya.
7.      Pemahaman hubungan konflik sosial dan budaya tidak hanya satu pertanyaan sensitive dari kesadaran, tetapi lebih jauh petualangan yang dalam dari penemuan dan penggalian arkeologis dari pengetahuan umum bersama dari sekelompok orang.
a.       Prinsip dasar dan asumsi yang dibangun
Prinsip dasar yang di bangun dalam teori ini yaitu konflik terjadi tidak lepas dari individu, pemaknaan simbol, dan dunia sosial.

Asumsi yang dibangun dalam teori ini yaitu :
·         bahwa konflik lahir karena adanya suatu interaksi simbolis dari setiap individu yang memiliki kapasitas berfikir secara kreatif. Setiap individu digambarkan sebagai unsur utama dalam dunia sosial karena mereka selalu kreatif menciptakan simbol tertentu yang kemudian diwuujudkan dalam suatu tindakan pada lingkungan dan situasi tertentu.
·         Bahwa konflik merupakan suatu proses sosial yang merupakan perwujudan dari interaksi dan tindakan individu atau masyarakat dalam kehidupan atau hubungan sosial. Dimana interaksi yang terjadi akan dapat memengaruhi pada kontruksi sosial yang ada. Dengan kata lain proses karena konflik akan dapat menghasilkan suatu kondisi yang baru melalui berbagai dinamika atau upaya didalamnya.

b.      Kekuatan dalam teori mazhab humanis ini yaitu bahwa konflik dapat dilihat dengan 2 pendekatan yaitu interaksionisme simbolik dan konstruksi sosial.

c.       Kasus Kerusuhan di Tanjung Balai, Sumatera Utara 29 Juli 2016
Kronologi kasus:
Kejadian ini berawal dari adanya permintaan seorang warga Tionghoa (M 41 tahun), warga Jalan Karya Tanung Balai yang menegur nazir Masjid Al Makhsum yang ada di Jalan Karya dengan maksud agar mengecilkan volume mikrofon yang ada di masjid berulang kali.
Sekitar pukul 20.00 WIB setelah selesai sholat isya, M yang dianggap telah melarang adanya kumandang azan dari Masjid Al Makhsum didatangi warga. Karena keadaan memanas dimana rumah M di lempari dengan bom molotov M dan suaminya diamankan ke kelurahan yang kemudian di bawa ke Polsek Tanjung Balai Selatan.
Setibanya di Polsek dilakukan pertemuan antara Ketua MUI, FPI, camat, kepling dan tokoh masyarakat setempat. Pada saat yang bersamaan massa mulai datang dan berkumpul yang dipimpin oleh kelompok elemen mahasiswa dan melakukan orasi. Namun massa akhirnya dapat dibubarkan.
Pukul 23.00WIB massa kembali berkumpul karena mendapat informasi dari medsos yang diposting salah seorang warga. Kemudian massa kembali mendatangi rumah M di Jalan Karya mereka hendak membakar namun di larang oleh warga sekitar. Karena massa semakin banyak dan emosi, mereka bergerak untuk melakukan tindakan pembakaran dan pengrusakan sejumlah vihara dan klenteng di Tanjung Balai. Massa melakukan pembakaran terhadap 1 unit Vihara dan 3 unit klenteng 3 unit mobil, 3 unit sepeda motor dan 1 unit betor di Pantai Amor; merusak barang-barang 1 unit klenteng di Jalan Sudirman, merusak barang-barang 1 unit klenteng dan 1 unit praktik pengobatan Tionghoa serta 1 unit sepeda motor di Jalan Hamdoko; merusak barang-barang 1 unit klenteng di Jalan KS Tubun dan 1 unit bangunan milik Yayasan Putra Esa di Jl Nuri; membakar barang-barang dalam 1 unit vihara di Jalan Imam Bonjol, merusak isi bangunan Yayasan Sosial dan merusak 3 unit mobil di Jalan WR Supratman, merusak pagar vihara di Jalan Ahmad Yani, membakar barang-barang yang ada dalam 1 unit klenteng di Jalan Ade Irma.

ANALISIS:
Dalam pandangan mazhab humanis konflik yang terjadi di Tanjung Balai 29 Juli 2016 lalu merupakan konflik antara individu dengan kelompok. Konflik ini dapat dianalisis dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu :
·         Pendekatan interaksionisme simbolik
Konflik yang terjadi di Tanjung Balai timbul karena adanya pemaknaan simbol yang salah yaitu terhadap tindakan M (orang Tionghoa) dengan warga yang beragama islam. Dalam hal ini M yang datang ke Masjid Al Makhsum dan meminta nazir untuk mengurangi volume toa di masjid berkali-kali mengundang kesalah pahaman antara kedua pihak. Beberapa warga muslim beranggapan bahwa M telah melarang adanya adzan yang dikumandangkan dari masjid yang kemudian disebarkan melalui medsos oleh beberapa warga yang mendengarnya. sehingga berakibatkan pada pembakaran dan pengrusakan sejumlah vihara, klenteng, tempat usaha, dan kendaraan di Tanjung Balai.
·         Konstruksi sosial
Berdasarkan pendekatan konstruksi sosial konflik di Tanjung Balai. konflik terjadi saat beberapa orang memiliki pemaknaan yang sama bahwa M telah bertindak antolerir terhadap sesama umat beragama  sehingga melakukan kerusuhan sebagai ekspresi atas pemaknaan tersebut yang dianggap wajar.







Kesimpulan
MAZHAB HUMANIS
Teori
Kasus
Analisis
Prinsisp dasar yang dibangun dalam teori ini yaitu bahwa konflik terjadi tidak lepas dari individu sebagai manusia yang kreatif, pemaknaan simbol, dan dunia sosial.

PEMBAKARAN VIHARA DI TANJUNG BALAI, SUMUT 29/7/2016

Kejadian ini berawal dari adanya permintaan seorang warga Tionghoa (M 41 tahun), warga Jalan Karya Tanung Balai yang menegur nazir Masjid Al Makhsum yang ada di Jalan Karya dengan maksud agar mengecilkan volume mikrofon yang ada di masjid berulang kali.
Sekitar pukul 20.00 WIB setelah selesai sholat isya, M yang dianggap telah melarang adanya kumandang azan dari Masjid Al Makhsum didatangi warga. Karena keadaan memanas dimana rumah M di lempari dengan bom molotov M dan suaminya diamankan ke kelurahan yang kemudian di bawa ke Polsek Tanjung Balai Selatan.
Pukul 23.00WIB massa kembali berkumpul karena mendapat informasi dari medsos yang diposting salah seorang warga. Kemudian massa kembali mendatangi rumah M di Jalan Karya mereka hendak membakar namun di larang oleh warga sekitar. Karena massa semakin banyak dan emosi, mereka bergerak untuk melakukan tindakan pembakaran dan pengrusakan sejumlah vihara dan klenteng di Tanjung Balai.
Ø Berdasarkan pendekatan fungsionisme simbolik bahwa Konflik yang terjadi di Tanjung Balai timbul karena adanya pemaknaan simbol yang salah yaitu terhadap tindakan M (orang Tionghoa) dengan warga yang beragama islam. Dalam hal ini M yang datang ke Masjid Al Makhsum dan meminta nazir untuk mengurangi volume toa di masjid berkali-kali mengundang kesalah pahaman antara kedua pihak. Beberapa warga muslim beranggapan bahwa M telah melarang adanya adzan yang dikumandangkan dari masjid yang kemudian disebarkan melalui medsos oleh beberapa warga yang mendengarnya. sehingga berakibatkan pada pembakaran dan pengrusakan sejumlah vihara, klenteng, tempat usaha, dan kendaraan di Tanjung Balai.

Ø Berdasarkan pendekatan konstruksi sosial konflik di Tanjung Balai. konflik terjadi saat beberapa orang memiliki pemaknaan yang sama bahwa M telah bertindak antolerir terhadap sesama umat beragama  sehingga melakukan kerusuhan sebagai ekspresi atas pemaknaan tersebut yang dianggap wajar.
Asumsi yang dibangun dalam teori ini yaitu :

Ø Bahwa konflik lahir karena adanya suatu interaksi simbolis dari setiap individu yang memiliki kapasitas berfikir secara kreatif.

Ø Bahwa konflik merupakan suatu proses sosial yang merupakan perwujudan dari interaksi dan tindakan individu atau masyarakat dalam kehidupan atau hubungan sosial.

Kekuatan dalam teori mazhab humanis ini yaitu bahwa konflik dapat dilihat dengan 2 pendekatan yaitu  interaksionisme simbolik dan konstruksi sosial.



REFERENSI
Dean G. Pruitt &Jeffrey Z. Rubin.2009.TEORI KONFLIK SOSIAL.Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Wijaya,Masmoelyadi,dkk.2013.MODUL PENANGANAN KONFLIK BERNUANSA KEAGAMAAN.Yogyakarta:PUSHAM UII.
Simon Fisher, dkk. 2001. MENGELOLA KONFLIK.Jakarta: SMK Grafika Desa Putra.
http://pengertian-pengertian-info.blogspot.co.id/2016/03/sosiologi-konflik-dan-resolusi-konflik/



SOSIOMETRI “Status Sosial Individu Dalam Masyarakat”

TUGAS 1
SOSIOMETRI
Status Sosial Individu Dalam Masyarakat”



Disusun Oleh :
1.      Susi Karyati                            (14510001)

Dosen Pengampu : Ratna Sosetya Wedajati, S.Psi

SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD” YOGYAKARTA
2016
A.    STATUS SOSIAL INDIVIDU DALAM MASYARAKAT
W. Stern dalam teori konvergensinya menyatakan bahwa pembawaan maupun lingkungan secara bersama-sama mempunyai peran dalam pembentukan atau perkembangan manusia. Karena manusia sebagai makhluk individual, maka dalam tindakan-tindakannya manusia kadang mengarah ke kepentingan pribadi. Namun, karena manusia juga makhluk sosial, dalam tindakan-tindakannya manusia juga sering mengarah ke kepentingan masyarakat. Seperti yang dikemukakan oleh Kunkel (lih. Bigot dkk., 1950), bahwa manusia itu mempunyai dorongan untuk mengabdi pada dirinya sendiri (ichaftigkeit) dan dorongan untuk mengabdi kepada masyarakat (sachlichkeit) secara bersama-sama, manusia merupakan kesatuan dari keduanya.
Antara individu dengan lingkungannya terdapat hubungan timbak balik, yaitu lingkungan berpengaruh pada individu, tetapi sebaliknya indivisu juga mempunyai pengaruh pada lingkungan. Bagaimana hubungan atau sikap individu terhadap lingkungan dapat:
1.      Individu menolak lingkungan,  bila tidak sesuai dengan keadaan lingkungan. Dalam keadaan ini, individu dapat memberikan bentuk pada lingkungan sesuai dengan apa yang diharapkan. Namun, ini merupakan hal yang tidak mudah dan salah satu faktor yang akan ikut menentukan berhasil tidaknya usaha itu adalah status atau posisi individu yang bersangkutan.  
2.       Individu menerima lingkungan, bila keadaan lingkungan sesuai atau cocok dengan keadaan individu.
3.      Individu bersikap netral atau statuskuo, bila individu tidak cocok dengan keadaan lingkungan, tetapi individu tidak pernah mengambil langkah  bagaimana sebaiknya. Dari segi pendidikan kemasyarakatan, sikap yang seperti ini sebenarnya tidak diharapkan, karena bagaimanapun individu dapat mengambil langkah-langkah bagaimana sebaiknya sekalipun mungkin hal tersebut tidak dapat memenuhi harapannya.

Sosiometri dapat membantu kita untuk melihat  bagaimana hubungan sosial atau hubungan berteman seseorang dalam kelompok dan juga bagaimana struktur hubungan dalam kelompok yang bersangkutan. Baik tidaknya orang berteman atau mengadakan hubungan sosial dapat dilihat dengan menggunakan sosiometri ini. Dengan demikian bantuan sosiometri cukup besar dalam mendapatkan data untuk mengetahui hubungan atau kontak sosial individu dalam kelompoknya. Baik tidaknya hubungan sosial seseorang sebenarnya dapat dilihat dari  beberapa segi, yaitu:
1.      Segi frekuensi hubungan
 Yaitu sering tidaknya seseorang melakukan hubungan sosial atau kontak sosial dengan orang lain. Makin sering seseorang melakukan kontak sosial dengan orang lain, dapat dikatakan bahwa orang itu memiliki hubungan yang baik dengan orang lain, begitu pula sebaliknya. Seseorang yang mengisolisir diri, orang tersebut kurang sekali dalam bergaulnya, kontak sosial frekuensinya rendah, hubungan sosial kurang baik. Tetapi sampai seberapa jauh frekuensi ini dapat dipastikan, inilah yang merupakan hal yang sulit untuk dapat duketahui dengan pasti. Di mana letak batas secara pasti antara frekuensi yang tinggi yang menunjukkan hubungan sosial yang baik, dengan yang rendah yang menunjukkan hubungan sosial yang tidak baik, akan sulit dipastikan secara tepat, secara objektif. Karena itu segi frekuensi hubungan sebagai ukuran atau kriteria untuk menentukan baik tidaknya hubungan sosial seseorang akan mengalami kesulitan.
2.      Segi intensitas hubungan
Yaitu mendalam tidaknya seseorang dalam mengadakan hubungan dalam kontak sosial. Intensitas hubungan ini juga sering disebut Sebagai intimitas hubungan. Makin mendalam atau makin intensif hubungan seseorang dengan orang lain, dapat dinyatakan bahwa orang yang bersangkutan makin baik dalam hubungan sosialnya, begitu pula sebaliknya. Teman yang intim berarti teman tersebut mempunyai hubungan yang mendalam, hubungan yang intensif, merupakan teman yang akrab dan teman yang lebih baik hubungannya bila dibandingkan dengan teman yang kurang intim. Namun, bila intensitas hubungan ini digunakan sebagai kriteria atau ukuran baik tidaknya hubungan sosial, orang akan menghadapi kesulitan karena seseorang tidak dapat menarik garis secara objektif dan tegas antara mana yang baik dan mana yang kurang baik.
3.      Segi popularitas hubungan 
Yaitu dalam arti banyak sedikitnya teman dalam hubungan sosial. Banyak sedikitnya teman dalam hubungan sosial dapat digunakan sebagai ukuran atau tolok ukur baik tidaknya seseorang dalam hubungan sosialnya. Makin banyak teman, dapat dikatakan bahwa orang yang bersangkutan makin baik dalam hubungan sosialnya, demikian sebaliknya. Faktor popularitas hubungan inilah yang digunakan sebagai dasar dari sosiometri. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam frekuensi hubungan dan intensitas hubungan sebagai ukuran untuk melihat baik tidaknya dalam hubungan sosial, dapat diatasi atau dijawab secara baik oleh sosiometri, yang menggunakan segi popularitas hubungan sebagai dasarnya.

Metode sosiometri ini umumnya digunakan dalam kelompok kecil (misal 10 s/d 100 orang), karena bila jumlah anggota dalam kelompok terlalu besar, orang akan mengalami kesilitan dalam analisisnya, khususnya analisis sosiogram. Untuk menganalisis, pada umumnya menggunakan kuesioner sosiometris, dan hasil kuesioner itu kemuadian diolah lebih lanjut hingga menghasilkan hasil sosiometri tersebut. Ada beberapa analisis dari sosiometri, yaitu :

a.       Analisis Matrik
Matrik merupakan tabel yang mengandung baris dan kolom yang berisi angka-angka. Dalam matrik, sosiometri bentuknya segiempat (square) n x n, n adalah jumlah individu dalam kelompok. Pembuatan matrik sosiometri biasanya mendahului penyusunan sosiogram. Dengan bertitik tolak dari responden yang menerima sejumlah pilihan maka penggambaran sosiogram dapat lebih mudah. Apa yang didapat dari kuesioner kemudian diolah lebih lanjut kedalam tabulasi dan dikalkulasikan. Hasil kalkulasi inilah yang kemudian dibuat hasil sosiometri menjadi sosiogram. Sosiogram dapat berbentuk grafis atau sirkuler.

b.      Analisis Sosiogram
Analis sosiogram marupakan analis yang menyuguhkan hasil sosiometri dengan suatu gambar yang mencerminkan bagaimana hubungan individu satu dengan individu lain. Dari matrik kemudian dituangkan kedalam gambar jaringan hubungan individu satu dengan yang lain. Dalam membuat sosiogram, ada dua cara atau sistem, yaitu sistem grafik dan sistem lingkaran. Hubungan sosial individu dalam suatu kelompok atau masyrakat membentuk susunan tertentu/ konfigurasi. Suatu sosiogram bisa jadi merupakan kumpulan beberapa jenis konfigurasi.


c.       Analisis Indeks
Analisa indeks bertujuan untuk menghitung berapa rasio yang berlaku bagi anggota kelompok atau sebuah kelompok dalam keseluruhannya. Berdasarkan indeks analisis maka dapat dihitung status pilihan ( choice status)  dan penolakan (rejection status) dari masing-masing kelompok.  Keduanya dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

CHOICE STATUS (x)           = jumlah pilihan yang diterima X : (n-1)
REJECTION STATUS (x)     = jumlah penolakan yang diberikan X : (n-1)

Keterangan : (n-1) = jumlah keseluruhan anggota kelompok -1

Menurut Mc Kinney indeks status sosial dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
                                   
= Jumlah pilihanX + Jumlah Penolakan X
(n-1)

Dalam sosiometri seorang peneliti juga mengharap bahwa tes sosiometri untuk menunjukan perbedaan dalam pilihan anggota kelompok sesuai dengan perubahan yang terjadi dalam struktur kelompok. Sehingga dalam sosiometri perlu digunakan test-retest untuk menguji reliability.
Lindzey mengemukakan sejumlah kesimpulan tentafif  diantaranya bahwa skor dalam tes sosiometri jika ditinjau dalam waktu yang lebih lama menunjukan konsistensi yang besar; reliability ternyata lebih besar pada orang dewasa daripada anak-anak. Menurutnya penemuan ini agak ganjil sebab dapat disebabkan juga olehstabilitas yang lebih besar pada orang atau daya ingat yang lebih besar dari orang dewasa.
Pilihan kedua dan seterusnya ternyata lebih banyak berubah dari pada pilihan pertama. Moreno melaporkan bahwa 8% perubahan dalam pilihan pertama dan 18% perubahan pada pilihan kedua dalam waktu 3 bulan setelah tes pertama.
Tes sosiometri dinilai hanya sebagai pengukur perilaku pilihan verbal sehingga face validity untuk mengetahui validitynya. Walau pun demikian kemungkinan bahwa responden tidak memberi jawaban yang sesuai dengan pemikirannya akan tetap ada. Maka dari itu para ahli sosiometri menegaskan pada responden bahwa pilihan sosial mereka akan dipakai untuk mengstruktur kembali kelompoknya.

B.     CONTOH MENGETAHUI HUBUNGAN DAN NILAI STATUS SOSIAL INDIVIDU DALAM MASYARAKAT.
Misalnya dalam kelompok yang terdiri dari 10 orang dan menggunakan pertanyaan atau kuesioner sosiometri yang berbentuk  “ siapakah diantara teman-teman anda yang anda pilih sebagai teman dalam kelompok mengerjakan tugas? Dan  siapakah diantara teman-teman anda yang tidak anda pilih sebagai teman dalam kelompok mengerjakan tugas? Nama dari responden  yang memilih dituliskan pada kolom vertical dan yang dipilih dalam kolom horizontal. Intensitas dari pilihan yaitu pilihan pertama kedua ketiga, dst. Sedangkan penolakan sosial dapat disebutkan dalam tanda khusus.
Dalam penelitian terhadap kelompok ini bahwa responden H adalah paling popular dengan mendapat 6 pilihan dari A,B,E,F,G,I.  C mendapat 5 pilihan dari A,B,F,G,H.  J mendapat  2 penolakan dari D & G dan tidak dipilih sama sekali, A dan I tidak dipilih sama sekali. B mendapat 3 pilihan dari C, D, dan H. D mendapat 1 pilihan dari I. E mendapat 1 pilihan dari D. F mendapat 3 pilihan dari C, E,J. G mendapat 1 pilihan dari J.
MATRIK
Tabel 1


A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
A


1




2


B


1




2


C

1



2




D

1


2




-
E





2

1


F


2




1


G


2




1

-
H

1
2







I



2



1


J





1
2



0
3
5
1
1
3
1
6
0
2


Contoh Sosiogram dalam grafik berdasarkan data Tabel 1.




Contoh sosiogram pada gambar diatas terdiri dari beberapa konfigurasi yaitu :
·         konfigurasi star  : responden H sebagai star yang menerima sejumlah besar pilihan.
·         Konfigurasi   Mutual pair : antara B                C, antara C                 H, antar          C          F dimana adanya pilihan timbale balik diantara anggota kelompok.
·         Konfigurasi Neglectee : D disifatkan sebagai neglectee karena memilih namun tidak sama sekali dipilih dalam preferensi apa pun juga.
·         Konfigurasi Rejectee : K merupakan responden rejectee yang menerima pilihan negative.
·         Konfigurasi chain : Kelompok B,C,H merupakan kelompok chain dimana B memilih C, C memilih H, H memilih B



Contoh Analisis Indeks status sosial H dan J
Cs H = jumlah pilihan yang diterima X : (n-1)
            = 6 : (10-1)
            = 6 :9 = 0,66
Semakin tinggi nilai Cs H maka semakin kuat intensitas hubungan H dalam kelompoknya.

Rs J     = jumlah penolakan yang diberikan X : (n-1)
            = 2: (10-1)
            = 2 :9 = 0,22
Semakin tinggi nilai Rs J maka semakin lemah intensitas hubungan J  dalam kelompoknya.






REFERENSI
Ratna Sosetya Wedajati, 2004, Modul Sosiometri, Yogyakarta
Monika Devita, 2012, Karya Ilmiah Psikologi Sosial Sebagai Pengantar, http://www.academia.edu/9328726/Psikologi_Sosial_Sebuah_Pengantar, diakses 15 November 2016