Tuesday, February 26, 2019

MENGAPA KITA SULIT MENULIS?


Bukan Perkara Mudah!
Menulis bagi orang kebanyakan mungkin bukan perkara mudah ini bukan soal yang bersangkutan tidak mau atau tidak mampu, mungkin karena belum memulai atau belum terbiasa saja. Bagi orang tertentu, menulisa menjadi sebuah keharusan, tradisi, pekerjaan, hobi, atau untuk keperluan tertentu.
Menulis merupakan kegiatan menyampaikan ide, gagasan, aspirasi, pendapat, tanggapan, argumentasi, atau informasi secara tertulis kepada orang lain. Dari sebuah tulisan, orang akan memperoleh informasi, inspirasi, pendapat, atau pengalaman dari si penulis. Menulis merupakan kompetensi dasar yang bisa dimiliki oleh siswa pendidikan dasar. Kita mengenal istilah “calistung”, kepanjangan dari membaca, menulis, dan berhitung. Pada dasarnya, ketiga hal itu memang dapat saling terkait, meski orang boleh saja emilih salah satu diantaranya untuk digeluti pada awalnya.
Siapa saja yang mau dan mampu boleh menulis. Tidak ada larangan bagi siapa saja yang menuangkan ide dan gagasannya secara tertulis. Baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. Tulisan untuk diri sendiri kita mengenal buku agenda harian sebgai media. Kiranya tidak perlu ada aturn ini itu. Namun tulisan untuk orang lain apalagi yang dimuat di media publik di media publik atau media buku, tentu memiliki aturan atau persyaratan tertentu.
Selain kita bisa menulis melalui media pribagi (agenda dan atau blog) kita bisa menulis di media internal, media massa, menulis lomba tulisan atau media buku. Untuk media internal dimulai pers sekolah, pers kampus, media korporat, sampai media komunitas. Untuk media masa ada mmedia crtak, media elektonik, dan mullti media. Untuk media lomba tulis maksudnya adalah lomba kepenulisan bidang fakta, opini atau fiksi. Sedangkan  media buku, selain buku cetakan ada juga buku elektronik.
Banyak pilihan waktu yang bisa kita pakai  untuk kita menulis. Pertama, “sekarang” adalah waktu yang tepat untuk menulis. Artinya, kalau sudah ingin menulis maka segera menulis saja. Selanjutnya terserah kita boleh nanti, esok, minggu depan atau kapan-kapan, atau sesuai dengan momentum pribadi  atau news peg bulanan sepanjang tahun. Untuk news peg misalnya Hari Kartini, Hari Kemerdrkan RI, Hari Pahlawan, dan lainnya.
Pada dasarnya kita menulis untuk memberi sesuatu kepada orang lain  yang membaca. Sesuatu itu tentang informasi, aspirasi, pendapat, aargumentasi, solusi, dan sebagainya. Sebaiknya kita menulis juga dalam rangka memperoleh sesuatu atau nilai tertentu.
Menulis memang ada teorinya, strategi, aturan main, dan sebagainya. Bagi yang belum pernah menulis, bisa belajar kepada seseorang, lembagaatau contoh karya orang lain. Selebihnya lakukan saja, mulai saja, dan tetap semangat untuk berkarya. Soal tulisan kita baik atau tidak, dimuat atau tidak dimuat, menang atau kalah, tidak masalah yang penting terus berproses, terus berkarya, dan tetap semangat.
Dimulai Dari Diri Sendiri
Dalam era sekarang ini, siapa yang tidak tahu dan mengena produk budaya bernama buku? Siapa saja yang sudah tersentuh lembaga pendidikan, mulai dari pendidikan informal, formal dan nonformal pasti berhubungan dengan buku.
Bicara buku tentu tentang penulis, pembaca, peresensi, penerbit, percetakan, perpustakaan, toko buku, dan lain sebagainya. Bebebrapa kegiatan diselenggarakan untuk menumbuhkan minat baca dan minat menulis buku misalnya lomba mendongeng, lomba meresensi buku, menulis buku, lomba putra-pitri buku, dan sebagainya.
Dinamika penulisan, penerbitan, meresensi, membaca buku di Indonesia memang sudah berjalan. Perputaran uang dalam dunia perbukuan kita tentu ga tidak sedikit. Namunsejauh mana buku benar-benar telah menjadi bagian penting bagi setiap insang yang ingin maju.
Kalau ada kritik atau pendapat bahwa kita adalah bangsa nol buku artinya kemauan dan kemampuan membaca buku kita rendah. Barangkali tidak bisa terlalu disalahkan. Kalau kemauan membaca buku masih rendah, bagaimana dengan kemauan dan kemampuan untuk menulis buku kita? Tentu lebih memprikatinkan lagi.
Memang peresensian buku dan penulis buku selama ini sudah ada. Mungkin juga jumlahnya meningkat. Tapi apa salahnya kalau secara kuantitas dan kualitas ditingkatkan? Siapa yang boleh , dapat atau harus meningkatkan kualitas dan secara kuantitas dan kualitas kemampuan menulis buku seseorang? Hendaknya setiap orang bersedia menjadi guru bagi sesama, dan setiap rumah menjadi sekolah bagi siapa saja seperti yang disampaikan oleh Bapak Pendidikan kita Ki Hajar Dewantara.
Media yang pertama dan sederhana yang dapat dipakai untuk belajar menulis adalah buku agenda harian karena penulis, pembaca, editor tulisan adalah kita sendiri. Menulis dalam buku agenda harian memang cocok bagi calon penulis atau penulis pemula. Namun jangan heran kalau penulis senior atau siapa saja mau menulis dalam buku agenda harian. Buku ini bisa buku tulis biasa atau kalau perlu yang lebih sederhana lagi. Karena yang terpenting kita dapat menulis secara rutin  konsisten, nyaman dan aman. Menulis dalam buku agenda harian juga tidak harus banyak halaman. Boleh hanya satu alenia atau bahkan satu kalimat saja. Banyak yang bisa kita peroleh dari kebiasaan menulis di agenda harian  misal saja perasaan merasa lega, media belajar, media komunikasi, dan sebagainya.

No comments:

Post a Comment