Thursday, September 26, 2019

Bisu

Aku menulis ini bersama rasa sakit yang tidak benar kamu pahami. Berujung pada perasaan yang tidak berhasil kamu tebak. Sebenarnya kamu ngerti nggak sih? Perjuanganku juga butuh kepedulianmu. Entah km terlalu bodoh untuk menilai atau terlalu egois memaklumi. Yang aku lakukan hanya berusaha untuk bertahan. Berusaha bertahan yang seharusnya aku lepaskan. Kamu masih begitu dengan omonganmu, dengan tingkahmu yang tak pernah berubah. Kenapa hanya diam dan bisumu yang aku dapati dihari-hari kebersamaan kita ini. Kenapa?

Sunday, September 15, 2019

Prajurit yang Tak Bernama

Kau adalah kumpulan doa-doa yang paling aku cintai. Tumpukan rasa rindu yang tak bisa di ungkapkan dengan kata, hanya bisa di ungkapkan dengan doa. Aku bisa apa selain mendoakanmu? Doaku adalah cintaku dan cintaku adalah diamku. Dan jika memang cinta dalam doaku itu tak memiliki kesempatan untuk berbicara di dunia nyata, biarkan ia tetap menjadi sebuah doa. Aku mencintaimu dalam doa, dengan isyarat yang tak kan pernah tertangkap oleh indera.  Aku tahu ini adalah sebuah kesalahan, namun aku dibuat tak berdaya oleh rasa ini. Berdoa, menjadi caraku untuk mencintaimu. Diamku pun menjadi cara  mencintaimu. Cintaku ini aku titipkan pada Allah Ta'alaa. Sebab hanyalah Allah yang maha menjaga, di kala kita saling berjauhan, dikala aku memendam rindu ingin bertemu, Allah menjaga dengan menenangkan hatiku. Melalui doa, aku meminta Allah menjagamu. Aku rela jika kau tak mengenalku, tapi aku mau kau mengenal hatiku. Sebab bisa mengenalmu, bagiku sudah syukur. Dan memilikimu adalah harta yang paling berharga dalam hidupku. Tetapi, untuk saat ini aku belum pantas kau cintai. Aku masih menjadi prajurit yang tak bernama. Aku tidak seanggun ratu. Ya, aku masih seorang prajurit, prajurit yang sedang berjuang di medan perang. Saat ini, cinta diamku sama dengan cinta dalam hati. Cinta dalam hatiku sama dengan cinta tak harus memiliki. Aku tidak bisa memiliki fisik, aku cuma bisa menjaga jasadmu melalui doa. Aku selalu berdoa, semoga Allah selalu menjaga cinta ini. Walaupun aku tak bisa beri apa-apa yang kau doakan, yang aku bisa lakukan hanya mengaminkan apa yang kamu doakan itu. Kau harus tau, kau adalah kumpulan doa-doa yang paling aku cintai. Sebab dengan mendoakanmu artinya aku memelukmu dan menjagamu dari jauh. Tidak seperti dia, yang senantiasa memegang erat tanganmu, yang senantiasa selalu berada di sisimu. Aku hanya bisa diam dari kejauhan, karena dalam diamku tersimpan kekuatan dan harapan. Hingga mungkin saja Allah akan membuat harapan itu menjadi nyata dan cintamu yang diam itu dapat berbicara dalam kehidupan nyata.Bukankah Allah tak akan pernah memutuskan harapan hamba yang berharap pada-Nya? Dan jika memang cinta dalam doaku itu tak memiliki kesempatan untuk berbicara di dunia nyata, biarkan ia tetap dalam doa. Jika kau memang bukan milikku, biar waktu yang akan menghapus cinta dalam doaku itu dengan memberi rasa yang lebih indah pada orang yang tepat. Biarkan cinta dalam doaku itu menjadi memori tersendiri dan sudut hatimu menjadi rahasia antara kau dengan Sang Pemilik hatiku. Aku hanya bisa terus mendoakan yang terbaik untukmu. Terus lakukan apa yang menurutmu baik, aku yakin saat ini kamu sedang melalukan yang terbaik untuk hidupmu dan masa depanmu. Walaupun saat ini aku dan kau belum dipertemukan untuk bersatu, aku hanya bisa mengatakan kau adalah kumpulan doa-doa yang paling aku cintai.

Saturday, September 14, 2019

Semoga Akulah yang Mendampingimu di Masa Depan

Walau Jadi yang Kesekian, Semoga Akulah yang Mendampingimu di Masa Depan. Hai, kamu yang sudah mengisi hari-hariku. Mohon jangan tertawa ketika kamu membaca  ini. Aku menuliskannya sebagai bukti bahwa perasaan yang ku punya memang tak pernah padam, dari hari pertama kita menjalin kedekatan hingga sekarang. Hari-hari yang kita lalui selalu diisi tawa yang selalu bisa membuatku berbunga. Kamu pun selalu ada dan siap menjadikan lontaranku kian sempurna. Berdua denganmu membuatku mampu menikmati apapun yang ditawarkan oleh dunia. Kata cinta juga tak lagi cukup untuk menggambarkan rasa menggebu serta kebun bunga yang tersemai rapi di hatiku. Berlebihankah jika aku ingin menjadi pendampingmu di masa depan? Aku memang bukan yang pertama kali menapaki ruang hatimu. Sebelumnya, ada yang lain yang pernah di sana lebih dulu. Aku tahu, aku bukanlah manusia pertama yang mengetuk dan masuk untuk kemudian menjelajah semua ruangan yang ada di hatimu. Dulu, aku sempat kebingungan karena tak menemukan kunci untuk membuka gerbangnya. Aku paham, kamu sudah terlalu lama menutupnya hingga lupa menyimpan kuncinya yang entah berada dimana. Usahaku untuk sabar menanti pun ternyata tak sia-sia. Lama kelamaan pintumu terbuka sempurna dan aku bisa masuk ke dalamnya. Saat aku masuk, tahukah kamu bahwa ruangannya terlihat amat kosong, usang, dan berdebu? pikirku pasti pemilik terdahulu telah lama meninggalkannya. Aku pun memutuskan untuk menjelajah setiap jengkal ruangannya, setiap koridor, hingga sudut tersempitnya. Demi memastikan bahwa tak ada barang atau kenangan tertinggal dari pemilik sebelumnya. Namun, aku menemukan beberapa goresan luka dalam yang telah mengering sempurna. Ah, sesakit itukah luka yang pernah kamu rasakan dulu? Aku tahu, ada banyak manusia berjenis kelamin wanita yang pernah masuk ke dalam hatimu. Entah itu mereka yang hanya melihat-lihat, menumpang berteduh, berlalu lalang, hingga memutuskan untuk bersemayam sejenak di sana. Tak apa, itu semua memang bagian dari perjalanan serta proses pendewasaan. Aku tidak menabung cemburu, mungkin justru tanpa kehadiran mereka dulu, tak akan kutemui sosokmu yang sekarang. Dirimu yang paham membaca isi kepala wanita pun pandai menjaga hati kaum hawa.  Pantaslah jika aku menghaturkan terima kasih kepada para wanita yang pernah ada di hidupmu. Mereka telah berjasa, menjalankan peran mereka secara sempurna. Menjadikanmu sosok baru yang dewasa karena banyak makan asam garamnya dunia asmara. Aku bukan wanita yang bisa selalu membuatmu tertawa. Kadang, aku juga dilibat emosi dan sering ingin menang sendiri.  Aku memang hanya membawa setoples kesederhanaan saat mendatangi ruang hatimu. Tidak ada kesempurnaan yang turut kubawa serta. Ya, aku hanyalah gadis paling biasa yang kau temui dan memutuskan untuk bersemayam di sana. Aku merasa nyaman tinggal di dalam lipatannya. Hatimu hangat, memiliki permukaan yang lembut, dan bagaimana bisa aku hanya lewat seperti angin lalu? Sayang, tanpa kesempurnaan, aku pun seperti gadis pada umumnya. Aku sering ditenggelamkan emosi yang membuatku sering ingin menang sendiri. Membuat jalinan kita yang tadinya rapat menjadi berjeda. Kita menyimpan marah, melontarkan emosi, hingga saling resah. Tanpa kusadari aku telah mengguratkan luka baru menganga di permukaan hatimu. maafkan aku sayang, aku tak tahu jika ternyata aku bisa menjadi setolol dan sekejam ini. Membabi buta merusak rumah yang sekarang menjadi tempatku bernaung dan sedia memberikan kehangatan. Membuatku melumat habis tiap jengkal lipatannya. Seharusnya aku bisa lebih sabar dalam bersikap, tidak mudah menyerah kalah pada rasa amarahku. Seharusnya aku menjaganya dan bukan malah  menabur luka.  Namun, kamu harus tahu bahwa aku akan berusaha sekuat daya untuk membuatmu bahagia. Kamu juga perlu tahu bahwa di tiap nafas yang kuhela, aku terus berdoa. Aku berjuang sekuat daya untuk membuatmu bahagia. Memantaskan diriku sendiri untuk layak bersanding di sisimu. Mengurangi segala tabiat buruk yang mampu menyakitimu. Aku berjerih payah untuk meluki senyum bangga di parasmu. Di balik ketidaksempurnaanku, aku juga memiliki keyakinan yang dalam untukmu. Aku yakin bahwa hatimu merupakan rumah yang paling pas dan nyaman untukku. Ruangannya lapang, membuatku bebas melakukan segala kegiatan. Banyak jendela yang membuatku mampu menghirup udara dalam-dalam. Bahkan tak kutemui rantai cemburu yang siap membelit kakiku. Ya, kau memang menghargaiku seperti kau menghargai dirimu sendiri. Kau memberikan kebebasan penuh padaku, supaya aku bisa sebebas-bebasnya mengejar mimpi, bahkan kaulah alasanku untuk bisa terlontar ke angkasa untk sebuah bintang. Aku memang milikmu, namun kemudian tidak lantas membuatmu membatasi kebebasanku dan mengatasnamakan cinta. Karena itulah, tekadku sudah bulat, aku ingin menjadi penghuni terakhir di ruang hatimu dan aku sedang mengusahakan untuk itu. Aku berdoa, semoga nantinya akulah wanita terakhirmu yang akan menyandang nama belakangmu dan menjadi ibu dari anak-anakmu. Doa yang kulantunkan tiap petang juga jauh dari keistimewaan. Hanya keinginan sederhana yang tertimbun di sana. Aku tidak ingin menjadi wanita yang serba bisa dan sukses dalam segala hal. Aku tak pula meminta harta berlimpah sehingga bisa membeli barang-barang mewah. Doa yang kupanjatkan tiap malam hanyalah supaya aku bisa mengiringi langkahmu di masa depan. Semoga akulah yang menggandeng lenganmu dan menautkan jemari kecilku ditanganmu sebelum akhirnya kita mengucap janji sehidup semati. Semoga aku lah yang menjadi penghuni terakhir dari hatimu. Semoga selamanya aku akan tinggal di dalamnya, dililit dengan kehangatan dan diselimuti dengan lembutnya dinding2 hatimu. Sekali lagi kunaungkan asaku, Bolehkah jika aku memiliki keinginan menjadi wanita terakhir untukmu?  Semoga keinginanku ini tidak berlebihan dan semoga kamu pun mengiyakan.

Sunday, September 8, 2019

TERUNTUK KAMU YANG PERNAH SINGGAH DI HATIKU

Aku sudah lelah diam demi ketentraman hati dan sudah lelah berdebat denganmu, oleh karena itu aku diam, aku tidak ingin memberikan kata-kata yang pada akhirnya timbul perdebatan yang tiada habisnya. Ku tuliskan setiap kata yang akan mewakili diamku selama ini. Bagaimana semua ini bisa terjadi? kau bertanya padaku mengapa aku pergi? dan ketika aku menjelaskannya tentang kepergianku kau tuduh bahwa aku hanya ingin mengumpulkan semua keburukanmu, lalu ketika aku diam kau justru selalu menghantamku lewat kisah cintamu dengannya yang kau bagi dengan ribuan orang di dunia mayamu. Maaf bila kau anggap ini hanya sebagai pembelaan diri maka anggaplah demikian. Aku berterima kasih atas semua perjuanganmu yang telah kau ukir dalam hidupku, masih aku ingat dengan rambut sebahumu dan asap rokok yang menggumpal saat pertama bertemu membuatku takut sedemikian rupa sehingga dengan susah payah kau mencoba untuk membuka ruang dihatiku tapi tak juga bisa karena aku menutup semua pintu pada saat itu. Bulan pun berganti, dan akhirnya kamu berhasil menembus hatiku. Hari demi hari kujalani seperti biasanya dan tiba suatu masa kau datang lagi disaat aku memerlukan bantuan tentang pilihan hidup yang akan aku ambil. Yah kau membantuku pada saat itu dengan segala usahamu, padahal jelas itu sakit membantu orang yang kau cintai demi pilihan hidupnya. Dari peristiwa itu, aku sedikit tergugah dengan cinta yang bersemayam dari mu dulu sampai sekarang. Aku merasakan betapa tulusnya cinta. Interaksi yang berkepanjangan mulai berasa nyaman dan terlarut dalam canda tawa yang memang tidak dibuat buat. Peristiwa malam itu pun terjadi, pertikaian yang membuat batinku terguncang pada saat itu, lebih tepatnya dua dua "aku dan kau" terguncang. Emosi yang semakin memuncak diantara keduanya sama2 membuat kita terhempas. Memang ini bukan pertikaian yang pertama namun pertikaian malam itu sudah sampai dititik puncak sehingga aku harus mengeluarkan statement bahwa kita memang tidak diciptakan untuk bersama. Aku tahu km sudah menjelaskan ribuan kali tentang amarahmu saat itu dan ribuan kali meminta maaf tentang pengkhianatanmu. Sempat pada saat itu aku memaafkannya. Tapi ternyata km mulai makin menikmati kebohongan yang km ciptakan sendiri. Mulai membeberkan kisah yang selama ini km sembunyikan padaku secara diam2. Tapi sayangnya firasatku tak pernah salah. Hingga saat ini kamu justru lihai mempermainkan sebuah kebohongan. Dan saat semuanya aku tau justru kesalahan dilimpahkan padaku. Aku yang salah. Tiada kata yg bisa aku sampaikan lagi, aku memilih pergi bukan karena atas dasar amarahmu pada malam itu, tapi sadarkah kamu ketika masa tenggang itu? namun ketika aku mencoba menunggu dan mempertahankan kamu tapi kamu justru mengangap aku  membuangmu seperti sampah. Aku harus apa? Tentang sampah, Jika memang aku membuangmu seperti sampah mungkin aku sudah mencari penggantimu. Tapi apa yang kau lakukan padaku? kau justru yang memperlakukan aku seperti sampah. Kau permalukanku dengan kesalahanmu di depan orang orang yang saya perjuangkan selama ini. Sakit ketika orang yang aku kira mengenalku dengan baik nyatanya menganggapku sebangsat itu. Sakit rasanya ketika orang yang kupercayai malah tidak mempercayai. Jadi sebenarnya siapa yang kecewa kau atau aku? kau kecewa karena aku memilih pergi yang katamu lari dari masalah. Padahal ini adalah alasan yang masuk akal untuk meredam setiap amarah dari semua orang yang menyalahkanku. Kata-kata yang selalu kau gadangkan adalah kau kecewa karena aku pergi meninggalkan masalah. Sekarang aku bertanya bertahun aku menantimu apa kamu menjaga kepercayaanku? kau justru membantingku, membunuhku, menyayatku dihadapan semua orang. Cinta seperti apa yang kau tawarkan padaku? kau membuatku melambung sekaligus mati karena cinta yang kau tawarkan. Telah kujelaskan padamu tentang ketidaknyamanan, tentang ketidakjujuranmu namun kau masih bergelak dengan kata maaf ini demi kamu. Dan ketika aku memakai kata bahwa sabar dan menunggu hanya sebuah permainan dan kau membantahnya bahwa hubungan kita sudah di titik kepastian. Aku bertanya padamu, jika ini memang titik kepastian kepastian apa ini? Kepastian bahwa selama ini hanya sebuah permainan? Atau kepastian bahwa cinta yang kamu kasih selama ini hanyalah sebuah balas jasa yang berhasil kau bungkus secantik mungkin hingga nampak di mataku seperti sebuah cinta. toh nyatanya penantianku hanya sebuah janji saja. Maaf, jika aku harus mengatakan kau memperlakukan wanita dengan sangat kejam. Tak pernahkah kau berfikir rasanya seperti apa? Coba kau jelaskan padaku mengapa kau ajarkan aku cara membenci dan mencinta disaat yang bersamaan? cinta seperti apa itu? Coba kau katakan sebangsat apa aku hingga membuat semua semurka itu. Katakan kesalahanku selain aku memilih pergi saat kebohongan yang selama ini disebunyikan akhirnya ku tau? Lantas sekarang aku mengulangi pertanyaanku, aku atau kau yang kecewa? Bertahun-tahun aku mencoba untuk mengibarkan cintamu dengan segala perjuanganmu, dan kuakui tak seorangpun dari yang mendekat segigih kau berjuang demi cinta. Kuakui jua bahwa perhatian yang kau berikan sangat menyangjungku. 24 Jam bahkan kau sedia ada untukku bahkan saat aku tidak memerlukan bantuanmu kau malah dengan senyum lebar itu menawariku bantuanmu. Kalau saja waktu itu bisa diulang, aku mungkin tidak akan pernah membiarkanmu membantuku apapun bentuknya jika itu hanya membuat luka. Rasa ikhlas yang kau sanjungkan dulu ternyata kini tidak bisa kau penuhi. Barang barangmu kujaga dengan baik selama 4 tahun ini. Perjuangan yang kau torehkan sebegitu hebat ternyata mengukir kekecewaan yang begitu dalam. Seandainya kau mengerti perasaanku  kau tidak akan menghantamku bertubi tubi dengan kebohongan dan pengkhianatanmu. Aku sadar aku bukan orang yang sempurna. Kau akan menemukan kesempurnaan di diri orang yang lain yang bisa mengubahmu menjadi lebih baik, karena nyatanya aku gagal mengubahmu dan itu berarti aku bukan orang yang tepat. Tapi paling tidak kehadiranmu memberikan aku satu pembelajaran bahwa terkadang perjuangan itu bukan harga mati dalam sebuah komitmen. Ku cukupkan kau menjadi kenangan dan kuharap kau juga mencukupkanku menjadi kenangan atau jika aku tidak pantas menjadi kenangan maka buanglah semua seperti kertas putih tak bertinta. Paling tidak aku berterima kasih atas kenangan terbaik yang kau berikan. Terima kasih atas kenangan akan dinner pasta yang kau janjikan hanya untukku.
Terima kasih atas kenangan tentang fitnes dimana kau rela memasakan menu dietku. Terima Kasih atas kenangan tentang jogja yang begitu luar biasa yang gak akan mungkin aku lupakan saat itu. Terima Kasih atas bunga mawar yang kau beri  dihari specialku. Terima kasih atas pertemuan dengan nuansa kopi yang begitu banyak kenangan, terlebih disetiap tisu yang kau ambil untuk menghapus air mataku. Terima kasih atas kenangan yang tidak mungkin aku sebutkan satu persatu lagi. Maaf kalau ini isinya hanya pembelaan diri, tapi setidaknya ini sudah mewakili diamku selama ini. Lanjutkan hidupmu, sejatinya jika memang aku sebangsat itu, kau pasti akan menemukan orang yang lebih baik dari aku dan itu bukan aku.

Monday, September 2, 2019

BIARKAN AKU BRHARAP KEPADA SANG PEMILIK SEMESTA

Dirimu memang telah pergi dariku. Yang tersisa hanya kenangan dan sebuah keyakinan di hati jika mimpi-mimpi masih bisa terjadi. Memang diriku terlihat sebodoh ini, menunggu tanpa tau pasti kapan kau akan kembali. Takdir saat ini memang tak berjalan dengan baik, tapi ku yakin Tuhan tau mana yang terbaik. Kadang logika mencoba untuk merelakan tapi hati masih teguh dalam pendirian. Perang logika dan hati ini menyiksa, tapi hanya doa yang mampu mendamaikan itu semua. Mulut ini tak henti-hentinya bekerjasama dengan hati dalam doa walau logika selalu mematahkan sebuah pengharapan. Keyakinanku, Logika manusia akan terkalahkan dengan logika Tuhan. Keyakinanku, walau terpaut oleh jarak, badai belum berlalu, masalah yang tak kunjung usai, jika Tuhan sudah berkehendak semua itu pasti akan indah. Keyakinanku, kau akan kembali. Maafkan jika namamu diam-diam masih kupakai untuk berdiskusi dengan Sang Pemilik Hati. Saat ini aku tidak bisa berbuat apa-apa selain merayu Tuhan untuk memohon agar doa-doa tentangmu terkabulkan. Tak ada ragu dan tak akan menyerah aku meminta kepada-Nya. Jika kau melihat bintang dilangit, itu tak sebanding dengan banyaknya do’a yang ku minta kepada-Nya. Berharap Tuhan tidak pernah bosan mendengar doa-doa yang terus menerus kuucapkan. Aku berharap, cerita cinta ini akan berakhir seperti Adam dan Hawa. Tuhan yang memisahkan lalu mempertemukan. Sebuah kerelaan yang sangat besar ketika  semesta memisahkanmu dariku. Jangan cegah aku untuk berharap kepada Sang Pemilik Semesta. Aku tidak melakukan apa pun selain meminta kepada-Nya. Aku tidak mencarimu tapi yang kucari hanyalah Dia. Aku tidak berharap kepadamu tapi aku hanya berharap kepada-Nya. Berharap, semesta mempertemukanmu lagi dengan diriku. Aku akan selalu mencintaimu dengan caraku. Mencintaimu dalam diam dan mengagumimu dalam lirihnya doa malam. Selalu kutunggu dan kubiarkan kuasa Tuhan yang bekerja.  Mungkin perjuanganku tak sama seperti kebanyakan orang yang mencari lalu berhenti ketika orang yang dicintai tiba-tiba pergi. Aku tak seperti mereka. Aku berbeda. Aku tidak mempunyai nyali seperti mereka, yang aku punya hanyalah Tuhan yang mampu membolak balikan takdir seseorang. Jika nanti memang takdir masih belum berpihak baik kepadaku, aku tak menyesali waktu ku yang kuhabiskan untuk mendoakanmu. Karena kuyakin, tidak ada doa yang sia-sia.