Aku sudah lelah diam demi ketentraman hati dan sudah lelah berdebat denganmu, oleh karena itu aku diam, aku tidak ingin memberikan kata-kata yang pada akhirnya timbul perdebatan yang tiada habisnya. Ku tuliskan setiap kata yang akan mewakili diamku selama ini. Bagaimana semua ini bisa terjadi? kau bertanya padaku mengapa aku pergi? dan ketika aku menjelaskannya tentang kepergianku kau tuduh bahwa aku hanya ingin mengumpulkan semua keburukanmu, lalu ketika aku diam kau justru selalu menghantamku lewat kisah cintamu dengannya yang kau bagi dengan ribuan orang di dunia mayamu. Maaf bila kau anggap ini hanya sebagai pembelaan diri maka anggaplah demikian. Aku berterima kasih atas semua perjuanganmu yang telah kau ukir dalam hidupku, masih aku ingat dengan rambut sebahumu dan asap rokok yang menggumpal saat pertama bertemu membuatku takut sedemikian rupa sehingga dengan susah payah kau mencoba untuk membuka ruang dihatiku tapi tak juga bisa karena aku menutup semua pintu pada saat itu. Bulan pun berganti, dan akhirnya kamu berhasil menembus hatiku. Hari demi hari kujalani seperti biasanya dan tiba suatu masa kau datang lagi disaat aku memerlukan bantuan tentang pilihan hidup yang akan aku ambil. Yah kau membantuku pada saat itu dengan segala usahamu, padahal jelas itu sakit membantu orang yang kau cintai demi pilihan hidupnya. Dari peristiwa itu, aku sedikit tergugah dengan cinta yang bersemayam dari mu dulu sampai sekarang. Aku merasakan betapa tulusnya cinta. Interaksi yang berkepanjangan mulai berasa nyaman dan terlarut dalam canda tawa yang memang tidak dibuat buat. Peristiwa malam itu pun terjadi, pertikaian yang membuat batinku terguncang pada saat itu, lebih tepatnya dua dua "aku dan kau" terguncang. Emosi yang semakin memuncak diantara keduanya sama2 membuat kita terhempas. Memang ini bukan pertikaian yang pertama namun pertikaian malam itu sudah sampai dititik puncak sehingga aku harus mengeluarkan statement bahwa kita memang tidak diciptakan untuk bersama. Aku tahu km sudah menjelaskan ribuan kali tentang amarahmu saat itu dan ribuan kali meminta maaf tentang pengkhianatanmu. Sempat pada saat itu aku memaafkannya. Tapi ternyata km mulai makin menikmati kebohongan yang km ciptakan sendiri. Mulai membeberkan kisah yang selama ini km sembunyikan padaku secara diam2. Tapi sayangnya firasatku tak pernah salah. Hingga saat ini kamu justru lihai mempermainkan sebuah kebohongan. Dan saat semuanya aku tau justru kesalahan dilimpahkan padaku. Aku yang salah. Tiada kata yg bisa aku sampaikan lagi, aku memilih pergi bukan karena atas dasar amarahmu pada malam itu, tapi sadarkah kamu ketika masa tenggang itu? namun ketika aku mencoba menunggu dan mempertahankan kamu tapi kamu justru mengangap aku membuangmu seperti sampah. Aku harus apa? Tentang sampah, Jika memang aku membuangmu seperti sampah mungkin aku sudah mencari penggantimu. Tapi apa yang kau lakukan padaku? kau justru yang memperlakukan aku seperti sampah. Kau permalukanku dengan kesalahanmu di depan orang orang yang saya perjuangkan selama ini. Sakit ketika orang yang aku kira mengenalku dengan baik nyatanya menganggapku sebangsat itu. Sakit rasanya ketika orang yang kupercayai malah tidak mempercayai. Jadi sebenarnya siapa yang kecewa kau atau aku? kau kecewa karena aku memilih pergi yang katamu lari dari masalah. Padahal ini adalah alasan yang masuk akal untuk meredam setiap amarah dari semua orang yang menyalahkanku. Kata-kata yang selalu kau gadangkan adalah kau kecewa karena aku pergi meninggalkan masalah. Sekarang aku bertanya bertahun aku menantimu apa kamu menjaga kepercayaanku? kau justru membantingku, membunuhku, menyayatku dihadapan semua orang. Cinta seperti apa yang kau tawarkan padaku? kau membuatku melambung sekaligus mati karena cinta yang kau tawarkan. Telah kujelaskan padamu tentang ketidaknyamanan, tentang ketidakjujuranmu namun kau masih bergelak dengan kata maaf ini demi kamu. Dan ketika aku memakai kata bahwa sabar dan menunggu hanya sebuah permainan dan kau membantahnya bahwa hubungan kita sudah di titik kepastian. Aku bertanya padamu, jika ini memang titik kepastian kepastian apa ini? Kepastian bahwa selama ini hanya sebuah permainan? Atau kepastian bahwa cinta yang kamu kasih selama ini hanyalah sebuah balas jasa yang berhasil kau bungkus secantik mungkin hingga nampak di mataku seperti sebuah cinta. toh nyatanya penantianku hanya sebuah janji saja. Maaf, jika aku harus mengatakan kau memperlakukan wanita dengan sangat kejam. Tak pernahkah kau berfikir rasanya seperti apa? Coba kau jelaskan padaku mengapa kau ajarkan aku cara membenci dan mencinta disaat yang bersamaan? cinta seperti apa itu? Coba kau katakan sebangsat apa aku hingga membuat semua semurka itu. Katakan kesalahanku selain aku memilih pergi saat kebohongan yang selama ini disebunyikan akhirnya ku tau? Lantas sekarang aku mengulangi pertanyaanku, aku atau kau yang kecewa? Bertahun-tahun aku mencoba untuk mengibarkan cintamu dengan segala perjuanganmu, dan kuakui tak seorangpun dari yang mendekat segigih kau berjuang demi cinta. Kuakui jua bahwa perhatian yang kau berikan sangat menyangjungku. 24 Jam bahkan kau sedia ada untukku bahkan saat aku tidak memerlukan bantuanmu kau malah dengan senyum lebar itu menawariku bantuanmu. Kalau saja waktu itu bisa diulang, aku mungkin tidak akan pernah membiarkanmu membantuku apapun bentuknya jika itu hanya membuat luka. Rasa ikhlas yang kau sanjungkan dulu ternyata kini tidak bisa kau penuhi. Barang barangmu kujaga dengan baik selama 4 tahun ini. Perjuangan yang kau torehkan sebegitu hebat ternyata mengukir kekecewaan yang begitu dalam. Seandainya kau mengerti perasaanku kau tidak akan menghantamku bertubi tubi dengan kebohongan dan pengkhianatanmu. Aku sadar aku bukan orang yang sempurna. Kau akan menemukan kesempurnaan di diri orang yang lain yang bisa mengubahmu menjadi lebih baik, karena nyatanya aku gagal mengubahmu dan itu berarti aku bukan orang yang tepat. Tapi paling tidak kehadiranmu memberikan aku satu pembelajaran bahwa terkadang perjuangan itu bukan harga mati dalam sebuah komitmen. Ku cukupkan kau menjadi kenangan dan kuharap kau juga mencukupkanku menjadi kenangan atau jika aku tidak pantas menjadi kenangan maka buanglah semua seperti kertas putih tak bertinta. Paling tidak aku berterima kasih atas kenangan terbaik yang kau berikan. Terima kasih atas kenangan akan dinner pasta yang kau janjikan hanya untukku.
Terima kasih atas kenangan tentang fitnes dimana kau rela memasakan menu dietku. Terima Kasih atas kenangan tentang jogja yang begitu luar biasa yang gak akan mungkin aku lupakan saat itu. Terima Kasih atas bunga mawar yang kau beri dihari specialku. Terima kasih atas pertemuan dengan nuansa kopi yang begitu banyak kenangan, terlebih disetiap tisu yang kau ambil untuk menghapus air mataku. Terima kasih atas kenangan yang tidak mungkin aku sebutkan satu persatu lagi. Maaf kalau ini isinya hanya pembelaan diri, tapi setidaknya ini sudah mewakili diamku selama ini. Lanjutkan hidupmu, sejatinya jika memang aku sebangsat itu, kau pasti akan menemukan orang yang lebih baik dari aku dan itu bukan aku.
Sunday, September 8, 2019
TERUNTUK KAMU YANG PERNAH SINGGAH DI HATIKU
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment