Sunday, December 8, 2019
PEREMPUAN #9
Thursday, November 21, 2019
PEREMPUAN #8
Wednesday, November 20, 2019
Perempuan #7
Thursday, November 14, 2019
PEREMPUAN #4
Wajah itu, wajah yang telah merubah hidupku. Wajah yang menjadikanku begini. Yang aku harap akan ku lihat lagi di surga nanti.
#30Oktober2019
Tuesday, November 12, 2019
PEREMPUAN #3
Harusnya aku yang mengingatkan dia. Membuat dia merasa selamat disisi aku. Tapi...
Ya Allah, aku tak tahu harus bagaimana berdebat dengan semua ini.
#29Oktober2019
Saturday, November 2, 2019
PEREMPUAN #2
#2November2019
Perempuan #1
Pedihnya rasa kecewa dulu membuat kita tidak ceroboh lagi untuk mempercayakan hati pada seseorang.
#1november2019
Thursday, October 31, 2019
Bahagia #1
Kamu pernah merasakan mencintai seseorang diwaktu yang salah? Ada saatnya memang dalam hidup ketika kita merasakan kehilangan dan menangis untuk orang yang tidak bersama kita, merasa bingung karena menyadari ternyata ada orang lain yang membuat dia bahagia, dan kita ingin bersama dengannya tapi dia sudah menjadi milik orang lain. Kadang membuktikan cinta kepada seseorang adalah dengan membiarkannya pergi. Ada juga yang berusaha berdamai pada dirinya sendiri untuk mengucapkan selamat tinggal. Esensinya adalah tidak perlu bahagia untuk orang lain tapi bahagia itu ya untuk diri kita sendiri. Dan kitalah yang menciptakannya. Ayolah bangkit bagi yang masih terpuruk. Nikmati hari ini dengan penuh keyakinan.
Thursday, October 24, 2019
PATAHNYA SEBELAH SAYAP
Apabila patahnya sebelah sayap, siapa kata tidak bisa terbang? Kalau ada kekuatan diri, kegigihan, dan semangat, pasti kita bisa menggapai awan. Mungkin terbangnya tak sempurna, tapi ia tetap nampak cantik di udara. Karena selain Allah tiada siapa pun nampak kekurangan kita.
#25Oktober2019
Senyuman mesra
Makan malam pertama aku dengan dia di atas bumbung itu. Pertama kali ku terpekuk melihat senyuman dia. Senyuman yang menggetarkan. Senyuman yang membuat aku tak bisa lupakan dia sampai saat ini.
#Agustus2015
#Gunungkidul
Monday, October 21, 2019
Keikhlasan #3
Kepadamu kekasih yang aku cintai. Kekagumanku dengan kasih sayang Siti Khadijah dengan Rasulullah membuat perasaan cintaku terhadapmu begitu utuh. Aku kagum denganmu bukan sebab rupa, tapi agama dan ketaatanmu kepadaNya. Serta keyakinanmu memintaku melalui doa.
Alhamdulillah, aku diberikan cinta sehebat ini. Tapi bukan cinta namanya jika tidak diuji. Kita diuji dengan berbagai perbedaan dan jarak. Walaupun kuat kita berikhtiar, dipinjamkan kesabaran, itu hanya untuk seketika saat kita belum begitu mengenali.
Kun faya kun. Jika Allah berkehendak, maka akan jadilah. Tapi Ia menyuruh kita untuk lebih bersabar dan menerima ujianNya dengan ikhlas serta rendah hati. Rupanya ujian dariNya tidak terhenti disitu. Kita diuji dengan ketamakan manusia. Ya Allah, sesungguhnya ujian kali ini sangat berat untuk aku tanggung. Tapi aku tetap ridho. Mungkin ini bagian dimana aku harus ikhlaskan setiap inci kesakitan yang harus aku rasakan karena dia. Aku tak mampu dekat denganmu sebab hatimu dibutakan oleh kebencian yang manusia itu buat kepadaku. Sesungguhnya semua ini menyakitkanku dan aku mengharapkan kamu disisi. Tapi aku tak bisa. Jahatnya hati manusia itu yang membuat hatimu pun menjadi hitam.
Seandainya dalam ketiadaanku, kamu benar-benar merasa yakin bahwa dia orang yang telah berjaya membuka hatimu untuk mencintainya, maka janganlah takut untuk mengambil keputusan untukku.
Andai ini adalah naskah terakhir dariku ridhokanlah dan doakanlah aku semoga Allah senantiasa memberikan kebahagian seperti yang kamu senantiasa rasakan. Dan andai cinta kita benar-benar terhenti, kembalilah pada bahagiamu yang sesungguhnya yang tak pernah mengizinkanmu menjadi debu.
Sunday, October 20, 2019
Keikhlasan #2
Disaat saya serahkan segala-galanya kepada Allah dan ridho dengan ketentuannNya, Ia pertemukan saya dengan kamu, lelaki yang saya yakini dapat menjaga dan memimpin saya hingga ke surganya.
Betul katamu, Ia Maha Mengetahui segalanya. Alhamdulillah, saya tidak akan pernah berhenti bersyukur padaNya karena mengirimkan lelaki sebaik kamu. Saya mencintai kamu kekasih dunia akhiratku. Insyaallah
Saturday, October 19, 2019
Keikhlasan #1
Insyaallah, keikhlasan hati yang sedang saya tanamkan untuk melupakan kamu akan menjadi jalan kebahagian abadi kita masing-masing. Tapi jikalau Tuhan memang hendak menjodohkan kita agar saling menjaga dan melengkapi, saya percaya keikhlasan yang saya sedang bangun inilah yang akan mengetuk pintu hatimu untuk kembali pada mimpi kita. Bagiku Tuhanlah yang lebih tahu segalanya.
Keikhlasan #1
Insyaallah, keikhlasan hati yang sedang saya tanamkan untuk melupakan kamu akan menjadi jalan kebahagian abadi kita masing-masing. Tapi jikalau Tuhan memang hendak menjodohkan kita agar saling menjaga dan melengkapi, saya percaya keikhlasan yang saya sedang bangun inilah yang akan mengetuk pintu hatimu untuk kembali pada mimpi kita. Bagiku Tuhanlah yang lebih tahu segalanya.
Friday, October 18, 2019
SATU SISI WANITA
Jikalah malam tiada berbintang, manalah indah malam sesunyi ini. Jikalah embun tiada menitik, manalah segar daun di pagi hari. Jikalah aku jauh darimu, kemana hendak kucari kebahagiaan sejati. Sedangkan Engkau yang menurunkan kebahagiaan ke dalam jiwaku ini. Ternyata begitulah kehidupan. Tak selamanya dipenuhi bunga-bunga kebahagiaan, tidak pula selamanya dalam kesulitan. Seperti matahari yang terbit dan tenggelam. Seperti siang yang bergantian dengan malam. Semuanya berputar dan bergantian.
Hanya saja, sebagai seorang wanita, terkadang hati ini rapuh. Adakalanya ia membutuhkan seseorang yang kuat, yang menjaga kedamaian jiwanya, yang menentramkan resah hatinya. Ada saat-saat dimana diri ini ingin menangis mencurahkan segala isi hati di pelukan sang kekasih. Ya, wanita memang dianugerahi air mata agar ringan beban deritanya. Ketika dada sesak menahan emosi, air mata itu menguraikannya. Ketika kesedihan menggetarkan hati, air mata ini menenangkannya. Begitu pula ketika berbahagia, air mata ini menetes tanpa kuasa menahannya.
Monday, October 14, 2019
KUDA MASIH TAK BERSAYAP DAN PELANGI PUN BELUM BISA DIDAKI
Aku memang tak terlalu pintar menyampaikan isi hati. Mungkin kata-kata yang kau temukan di sini tak begitu memiliki arti. Ini hanyalah kumpulan alasan mengapa aku masih saja mencintaimu sedalam itu, hingga saat ini, detik ini. Namun, aku berharap kau mau meluangkan waktu untuk membacanya. Semoga kau suka. Itu saja.
Meski kita sudah berjalan sekian lamanya, rasa yang mendatangiku di saat-saat awal perjumpaan kita masih ada. Seberapa lama jalinan kita sudah teranyam? Aku sudah lupa, tak menghitung berapa ratus hari hingga berapa milyar detik kita sudah berbagi rasa. Memang aku tidak termasuk dalam golongan gadis romantis. Aku tak menandai kalenderku dengan spidol merah maupun memenuhi buku harianku dengan namamu di hari pertama kita bersua. Di kala kita telah menjalin hubungan, aku juga tak menghitung jumlah hari, demi membuat perayaan jalinan tiap bulan. Bertemu denganmu dan menekuni parasmu merupakan berkah tak terkira.
Sayang, walau aku tak terlalu mengingat jumlah hari dalam hubungan kita, namun tentu aku tak bisa lupa pada detik pertama hatiku diketuk dan kamu mulai memanjat masuk. Kau benar-benar lihai membuat celah hatiku bersemi senang. Membuat tiap jengkalnya menyambutmu dan mengakui namamu sebagai pemiliknya. Hanya cinta dengan dibalut kesederhanaan yang kau bawa serta. namun mampu membuatku mabuk dengan begitu kepayang dan jatuh dengan begitu dalam.
Memang kita tak selalu bersisian. Kata-kata pedas juga pernah saling terlempar. Namun, kita bisa cukup dewasa untuk memaafkan. Jatuh cinta bukan berarti jaminan hari-hari yang kita lalui selalu bahagia bak dongeng buku cerita. Kuda masih tak bersayap dan pelangi belum juga bisa didaki. Begitu pula ego yang ada di kepala ini seringkali menunjukkan diri. Mengingatkan bahwa kita ini masih manusia biasa yang menapaki bumi.
Lempar kata yang dibalut dengan nada marah sering kita kecap. Untuk sementara bertekuk lutut pada keegoisan dan mempersilahkannya menggerus fondasi yang sudah kita susun rapi. Tak apa sayang, toh bukankah jatuh cinta tidak selalu bahagia? Bukankah ketika mereguk cinta, kita juga harus rela mencicip sakit serta kecewa yang membuat hati ini sering mati rasa?
Rasa jemu juga satu-dua kali ada, namun tetap saja kadar cintaku masih memiliki takaran yang sama. Tak hanya marah, rasa jenuh juga kadang singgah. Sekali lagi kita hanyalah sebiasa-biasanya manusia. Kau dan aku tentu kerap ditebas rasa jenuh berkali-kali. Namun, kita, terlebih aku, bagai manusia bebal yang sudah hilang akal. Rasa jemu tak pernah membuatku memalingkan muka darimu. Ketika jenuh menginjakkan kakinya untuk mampir sejenak, aku memang membutuhkan waktu untuk menyibukkan diri. Demi menjaga hati ini supaya tetap mengaminimu sebagai pemiliknya. Dan tiap kali rasa berlalu pergi, hatiku selalu saja kembali menggilaimu seperti semula. Sungguh sayang, rasa jenuh tak mampu mengelabuiku untuk mengurangi porsi rasa cinta yang kumiliki.
Aku selalu mencintaimu dengan porsi yang sama, dengan hati penuh. Bahkan tabiat burukmu yang pasti kau punya sebagai manusia tak membuatku hilang rasa. Kamu tetaplah pria yang kupuja. Sampai detik ini sudah berapa kali kau menunjukkan sosokmu yang sebenar-benarnya? Aku tak pernah dengan berhati berat meladeni segala tindak tandukmu. Aku menerima baikmu berikut dengan sifat buruk yang melekatimu. Tak apa kau sering terlambat menjemputku, bukankah aku juga sering merepotkanmu dengan ini itu? Aku pun tak pernah mempermasalahkan pribadimu yang dingin dan jarang melempar kata sayang.
Aku sungguh paham bahwa kau mencintaiku dengan caramu sendiri. Tanpa banyak kata kau sigap membantuku saat aku mulai kepayahan. Ya, tanpa banyak kata, kau menunjukkan cinta. Sungguh, tabiat burukmu justru membuatku makin memujamu, lagi dan lagi. Tanpa henti. Entah kamu akan menaruh percaya atau tidak, aku masih memandangmu dengan tatapan yang sama, kala aku pertama kali jatuh cinta.
Apakah kau sudah hampir mati bosan membaca tulisanku yang tak karuan ini? Tenang saja, kau sudah memasuki penghujungnya. Sayang, entah kau akan mempercayaiku atau bahkan mungkin menerka bahwa aku ini pembual ulung, namun yang pasti aku ingin kau tahu bahwa hingga hari ini aku masih memandangmu dengan tatapan yang sama. Ya, tatapan meremang kala aku menyadari bahwa kau sudah mengambil alih hatiku. Percayalah, dari detik hati kita terpaut hingga hari ini ada, aku masih saja mencintaimu dengan begitu rupa. Sedih, jenuh, marah tak pernah berhasil menggilas rasa yang kupunya.
Tuesday, October 8, 2019
BAGAI SENJA YANG DITELAN KEGELAPAN
Teruntuk kamu yang telah terlanjur aku cintai. Memang, yang aku tahu cinta itu indah bak taman bunga yang sedang bermekaran. Memang, yang aku tahu cinta itu menyenangkan, layaknya mendapatkan hal baru yang telah didambakan. Namun rasanya, semua itu berubah saat aku tahu aku menggengam hal yang seharusnya tak aku genggam, yaitu kamu.
Aku tak pernah menyalahkan rasa cinta yang kupunya, hanya saja terkadang aku tak bisa sadar. Seharusnya aku tak percaya terlalu awal bahwa cinta tak pernah mengkhianati pemiliknya.
Kamu, seperti senja. Indah, namun hilang di telan kegelapan. Ya, kamu hilang di telan oleh rasa sakit dan kecewa yang kupunya.
Aku tak pernah tahu, bahwa mencintaimu akan sesakit ini. Seperti layaknya di medan perang, aku adalah pasukan yang siap mati demi memperjuangkanmu. Sedangkan dirimu hanya menunggu untuk kuperjuangkan. Yang aku tahu, cinta memang harus sama–sama berjuang, namun dalam hal ini aku hanya berjuang sendiri, dan aku terlalu takut menerima kenyataan bahwa aku memiliki cinta sendiri, bukan berdua bersamamu.
Terkadang, aku hanya ingin perasaan ini berada pada tempatnya, pada rumahnya yang seharusnya, yaitu dirimu. Namun, sepertinya perasaan ini sudah ditolak saat dalam perjalanan ke rumah untuk membuktikan cintanya. Dan mengharapkanmu untuk mencintaiku rasanya sulit.
Seperti tali yang tiba-tiba dipotong lalu disatukan kembali, memang menyatu tapi seperti dipaksakan. Seperti itulah perasaanku, pupus tanpa harapan dan seperti dipaksakan. Padahal aku tahu, bahwa dirimu telah pergi terlebih dulu. Aku terlalu peduli padamu, padahal diriku sedang berada dalam posisi yang menyakitkan.
Aku tak pernah berharap banyak, sebab aku tahu semua harapanku hanya goresan kecil tak berarti dan mimpi-mimpi semu yang tak akan terwujud. Tapi setidaknya, biarkan aku melihatmu dan memelukmu meski hanya dalam diam. Biarkan aku menerima kenyataan bahwa ini hanyalah cinta yang bertepuk sebelah tangan. Memang sulit, memang sakit, tapi setidaknya berada dalam pelukmu untuk terakhir kalinya mampu menyadarkanku bahwa kamu bukanlah hal yang harus kugenggam lebih lama.
Dari awal, memang, tak seharusnya aku berharap lebih pada rasa cinta yang aku punya untukmu. Memang, tak seharusnya aku percaya bahwa kamu akan menjadi milikku. Memang, tak seharusnya aku menolak kenyataan bahwa aku berada dalam posisi cinta bertepuk sebelah tangan. Dan memang, tak seharusnya aku menggenggam hal yang tak seharusnya aku genggam dari awal, yaitu dirimu.
Thursday, September 26, 2019
Bisu
Aku menulis ini bersama rasa sakit yang tidak benar kamu pahami. Berujung pada perasaan yang tidak berhasil kamu tebak. Sebenarnya kamu ngerti nggak sih? Perjuanganku juga butuh kepedulianmu. Entah km terlalu bodoh untuk menilai atau terlalu egois memaklumi. Yang aku lakukan hanya berusaha untuk bertahan. Berusaha bertahan yang seharusnya aku lepaskan. Kamu masih begitu dengan omonganmu, dengan tingkahmu yang tak pernah berubah. Kenapa hanya diam dan bisumu yang aku dapati dihari-hari kebersamaan kita ini. Kenapa?
Sunday, September 15, 2019
Prajurit yang Tak Bernama
Kau adalah kumpulan doa-doa yang paling aku cintai. Tumpukan rasa rindu yang tak bisa di ungkapkan dengan kata, hanya bisa di ungkapkan dengan doa. Aku bisa apa selain mendoakanmu? Doaku adalah cintaku dan cintaku adalah diamku. Dan jika memang cinta dalam doaku itu tak memiliki kesempatan untuk berbicara di dunia nyata, biarkan ia tetap menjadi sebuah doa. Aku mencintaimu dalam doa, dengan isyarat yang tak kan pernah tertangkap oleh indera. Aku tahu ini adalah sebuah kesalahan, namun aku dibuat tak berdaya oleh rasa ini. Berdoa, menjadi caraku untuk mencintaimu. Diamku pun menjadi cara mencintaimu. Cintaku ini aku titipkan pada Allah Ta'alaa. Sebab hanyalah Allah yang maha menjaga, di kala kita saling berjauhan, dikala aku memendam rindu ingin bertemu, Allah menjaga dengan menenangkan hatiku. Melalui doa, aku meminta Allah menjagamu. Aku rela jika kau tak mengenalku, tapi aku mau kau mengenal hatiku. Sebab bisa mengenalmu, bagiku sudah syukur. Dan memilikimu adalah harta yang paling berharga dalam hidupku. Tetapi, untuk saat ini aku belum pantas kau cintai. Aku masih menjadi prajurit yang tak bernama. Aku tidak seanggun ratu. Ya, aku masih seorang prajurit, prajurit yang sedang berjuang di medan perang. Saat ini, cinta diamku sama dengan cinta dalam hati. Cinta dalam hatiku sama dengan cinta tak harus memiliki. Aku tidak bisa memiliki fisik, aku cuma bisa menjaga jasadmu melalui doa. Aku selalu berdoa, semoga Allah selalu menjaga cinta ini. Walaupun aku tak bisa beri apa-apa yang kau doakan, yang aku bisa lakukan hanya mengaminkan apa yang kamu doakan itu. Kau harus tau, kau adalah kumpulan doa-doa yang paling aku cintai. Sebab dengan mendoakanmu artinya aku memelukmu dan menjagamu dari jauh. Tidak seperti dia, yang senantiasa memegang erat tanganmu, yang senantiasa selalu berada di sisimu. Aku hanya bisa diam dari kejauhan, karena dalam diamku tersimpan kekuatan dan harapan. Hingga mungkin saja Allah akan membuat harapan itu menjadi nyata dan cintamu yang diam itu dapat berbicara dalam kehidupan nyata.Bukankah Allah tak akan pernah memutuskan harapan hamba yang berharap pada-Nya? Dan jika memang cinta dalam doaku itu tak memiliki kesempatan untuk berbicara di dunia nyata, biarkan ia tetap dalam doa. Jika kau memang bukan milikku, biar waktu yang akan menghapus cinta dalam doaku itu dengan memberi rasa yang lebih indah pada orang yang tepat. Biarkan cinta dalam doaku itu menjadi memori tersendiri dan sudut hatimu menjadi rahasia antara kau dengan Sang Pemilik hatiku. Aku hanya bisa terus mendoakan yang terbaik untukmu. Terus lakukan apa yang menurutmu baik, aku yakin saat ini kamu sedang melalukan yang terbaik untuk hidupmu dan masa depanmu. Walaupun saat ini aku dan kau belum dipertemukan untuk bersatu, aku hanya bisa mengatakan kau adalah kumpulan doa-doa yang paling aku cintai.
Saturday, September 14, 2019
Semoga Akulah yang Mendampingimu di Masa Depan
Walau Jadi yang Kesekian, Semoga Akulah yang Mendampingimu di Masa Depan. Hai, kamu yang sudah mengisi hari-hariku. Mohon jangan tertawa ketika kamu membaca ini. Aku menuliskannya sebagai bukti bahwa perasaan yang ku punya memang tak pernah padam, dari hari pertama kita menjalin kedekatan hingga sekarang. Hari-hari yang kita lalui selalu diisi tawa yang selalu bisa membuatku berbunga. Kamu pun selalu ada dan siap menjadikan lontaranku kian sempurna. Berdua denganmu membuatku mampu menikmati apapun yang ditawarkan oleh dunia. Kata cinta juga tak lagi cukup untuk menggambarkan rasa menggebu serta kebun bunga yang tersemai rapi di hatiku. Berlebihankah jika aku ingin menjadi pendampingmu di masa depan? Aku memang bukan yang pertama kali menapaki ruang hatimu. Sebelumnya, ada yang lain yang pernah di sana lebih dulu. Aku tahu, aku bukanlah manusia pertama yang mengetuk dan masuk untuk kemudian menjelajah semua ruangan yang ada di hatimu. Dulu, aku sempat kebingungan karena tak menemukan kunci untuk membuka gerbangnya. Aku paham, kamu sudah terlalu lama menutupnya hingga lupa menyimpan kuncinya yang entah berada dimana. Usahaku untuk sabar menanti pun ternyata tak sia-sia. Lama kelamaan pintumu terbuka sempurna dan aku bisa masuk ke dalamnya. Saat aku masuk, tahukah kamu bahwa ruangannya terlihat amat kosong, usang, dan berdebu? pikirku pasti pemilik terdahulu telah lama meninggalkannya. Aku pun memutuskan untuk menjelajah setiap jengkal ruangannya, setiap koridor, hingga sudut tersempitnya. Demi memastikan bahwa tak ada barang atau kenangan tertinggal dari pemilik sebelumnya. Namun, aku menemukan beberapa goresan luka dalam yang telah mengering sempurna. Ah, sesakit itukah luka yang pernah kamu rasakan dulu? Aku tahu, ada banyak manusia berjenis kelamin wanita yang pernah masuk ke dalam hatimu. Entah itu mereka yang hanya melihat-lihat, menumpang berteduh, berlalu lalang, hingga memutuskan untuk bersemayam sejenak di sana. Tak apa, itu semua memang bagian dari perjalanan serta proses pendewasaan. Aku tidak menabung cemburu, mungkin justru tanpa kehadiran mereka dulu, tak akan kutemui sosokmu yang sekarang. Dirimu yang paham membaca isi kepala wanita pun pandai menjaga hati kaum hawa. Pantaslah jika aku menghaturkan terima kasih kepada para wanita yang pernah ada di hidupmu. Mereka telah berjasa, menjalankan peran mereka secara sempurna. Menjadikanmu sosok baru yang dewasa karena banyak makan asam garamnya dunia asmara. Aku bukan wanita yang bisa selalu membuatmu tertawa. Kadang, aku juga dilibat emosi dan sering ingin menang sendiri. Aku memang hanya membawa setoples kesederhanaan saat mendatangi ruang hatimu. Tidak ada kesempurnaan yang turut kubawa serta. Ya, aku hanyalah gadis paling biasa yang kau temui dan memutuskan untuk bersemayam di sana. Aku merasa nyaman tinggal di dalam lipatannya. Hatimu hangat, memiliki permukaan yang lembut, dan bagaimana bisa aku hanya lewat seperti angin lalu? Sayang, tanpa kesempurnaan, aku pun seperti gadis pada umumnya. Aku sering ditenggelamkan emosi yang membuatku sering ingin menang sendiri. Membuat jalinan kita yang tadinya rapat menjadi berjeda. Kita menyimpan marah, melontarkan emosi, hingga saling resah. Tanpa kusadari aku telah mengguratkan luka baru menganga di permukaan hatimu. maafkan aku sayang, aku tak tahu jika ternyata aku bisa menjadi setolol dan sekejam ini. Membabi buta merusak rumah yang sekarang menjadi tempatku bernaung dan sedia memberikan kehangatan. Membuatku melumat habis tiap jengkal lipatannya. Seharusnya aku bisa lebih sabar dalam bersikap, tidak mudah menyerah kalah pada rasa amarahku. Seharusnya aku menjaganya dan bukan malah menabur luka. Namun, kamu harus tahu bahwa aku akan berusaha sekuat daya untuk membuatmu bahagia. Kamu juga perlu tahu bahwa di tiap nafas yang kuhela, aku terus berdoa. Aku berjuang sekuat daya untuk membuatmu bahagia. Memantaskan diriku sendiri untuk layak bersanding di sisimu. Mengurangi segala tabiat buruk yang mampu menyakitimu. Aku berjerih payah untuk meluki senyum bangga di parasmu. Di balik ketidaksempurnaanku, aku juga memiliki keyakinan yang dalam untukmu. Aku yakin bahwa hatimu merupakan rumah yang paling pas dan nyaman untukku. Ruangannya lapang, membuatku bebas melakukan segala kegiatan. Banyak jendela yang membuatku mampu menghirup udara dalam-dalam. Bahkan tak kutemui rantai cemburu yang siap membelit kakiku. Ya, kau memang menghargaiku seperti kau menghargai dirimu sendiri. Kau memberikan kebebasan penuh padaku, supaya aku bisa sebebas-bebasnya mengejar mimpi, bahkan kaulah alasanku untuk bisa terlontar ke angkasa untk sebuah bintang. Aku memang milikmu, namun kemudian tidak lantas membuatmu membatasi kebebasanku dan mengatasnamakan cinta. Karena itulah, tekadku sudah bulat, aku ingin menjadi penghuni terakhir di ruang hatimu dan aku sedang mengusahakan untuk itu. Aku berdoa, semoga nantinya akulah wanita terakhirmu yang akan menyandang nama belakangmu dan menjadi ibu dari anak-anakmu. Doa yang kulantunkan tiap petang juga jauh dari keistimewaan. Hanya keinginan sederhana yang tertimbun di sana. Aku tidak ingin menjadi wanita yang serba bisa dan sukses dalam segala hal. Aku tak pula meminta harta berlimpah sehingga bisa membeli barang-barang mewah. Doa yang kupanjatkan tiap malam hanyalah supaya aku bisa mengiringi langkahmu di masa depan. Semoga akulah yang menggandeng lenganmu dan menautkan jemari kecilku ditanganmu sebelum akhirnya kita mengucap janji sehidup semati. Semoga aku lah yang menjadi penghuni terakhir dari hatimu. Semoga selamanya aku akan tinggal di dalamnya, dililit dengan kehangatan dan diselimuti dengan lembutnya dinding2 hatimu. Sekali lagi kunaungkan asaku, Bolehkah jika aku memiliki keinginan menjadi wanita terakhir untukmu? Semoga keinginanku ini tidak berlebihan dan semoga kamu pun mengiyakan.
Sunday, September 8, 2019
TERUNTUK KAMU YANG PERNAH SINGGAH DI HATIKU
Aku sudah lelah diam demi ketentraman hati dan sudah lelah berdebat denganmu, oleh karena itu aku diam, aku tidak ingin memberikan kata-kata yang pada akhirnya timbul perdebatan yang tiada habisnya. Ku tuliskan setiap kata yang akan mewakili diamku selama ini. Bagaimana semua ini bisa terjadi? kau bertanya padaku mengapa aku pergi? dan ketika aku menjelaskannya tentang kepergianku kau tuduh bahwa aku hanya ingin mengumpulkan semua keburukanmu, lalu ketika aku diam kau justru selalu menghantamku lewat kisah cintamu dengannya yang kau bagi dengan ribuan orang di dunia mayamu. Maaf bila kau anggap ini hanya sebagai pembelaan diri maka anggaplah demikian. Aku berterima kasih atas semua perjuanganmu yang telah kau ukir dalam hidupku, masih aku ingat dengan rambut sebahumu dan asap rokok yang menggumpal saat pertama bertemu membuatku takut sedemikian rupa sehingga dengan susah payah kau mencoba untuk membuka ruang dihatiku tapi tak juga bisa karena aku menutup semua pintu pada saat itu. Bulan pun berganti, dan akhirnya kamu berhasil menembus hatiku. Hari demi hari kujalani seperti biasanya dan tiba suatu masa kau datang lagi disaat aku memerlukan bantuan tentang pilihan hidup yang akan aku ambil. Yah kau membantuku pada saat itu dengan segala usahamu, padahal jelas itu sakit membantu orang yang kau cintai demi pilihan hidupnya. Dari peristiwa itu, aku sedikit tergugah dengan cinta yang bersemayam dari mu dulu sampai sekarang. Aku merasakan betapa tulusnya cinta. Interaksi yang berkepanjangan mulai berasa nyaman dan terlarut dalam canda tawa yang memang tidak dibuat buat. Peristiwa malam itu pun terjadi, pertikaian yang membuat batinku terguncang pada saat itu, lebih tepatnya dua dua "aku dan kau" terguncang. Emosi yang semakin memuncak diantara keduanya sama2 membuat kita terhempas. Memang ini bukan pertikaian yang pertama namun pertikaian malam itu sudah sampai dititik puncak sehingga aku harus mengeluarkan statement bahwa kita memang tidak diciptakan untuk bersama. Aku tahu km sudah menjelaskan ribuan kali tentang amarahmu saat itu dan ribuan kali meminta maaf tentang pengkhianatanmu. Sempat pada saat itu aku memaafkannya. Tapi ternyata km mulai makin menikmati kebohongan yang km ciptakan sendiri. Mulai membeberkan kisah yang selama ini km sembunyikan padaku secara diam2. Tapi sayangnya firasatku tak pernah salah. Hingga saat ini kamu justru lihai mempermainkan sebuah kebohongan. Dan saat semuanya aku tau justru kesalahan dilimpahkan padaku. Aku yang salah. Tiada kata yg bisa aku sampaikan lagi, aku memilih pergi bukan karena atas dasar amarahmu pada malam itu, tapi sadarkah kamu ketika masa tenggang itu? namun ketika aku mencoba menunggu dan mempertahankan kamu tapi kamu justru mengangap aku membuangmu seperti sampah. Aku harus apa? Tentang sampah, Jika memang aku membuangmu seperti sampah mungkin aku sudah mencari penggantimu. Tapi apa yang kau lakukan padaku? kau justru yang memperlakukan aku seperti sampah. Kau permalukanku dengan kesalahanmu di depan orang orang yang saya perjuangkan selama ini. Sakit ketika orang yang aku kira mengenalku dengan baik nyatanya menganggapku sebangsat itu. Sakit rasanya ketika orang yang kupercayai malah tidak mempercayai. Jadi sebenarnya siapa yang kecewa kau atau aku? kau kecewa karena aku memilih pergi yang katamu lari dari masalah. Padahal ini adalah alasan yang masuk akal untuk meredam setiap amarah dari semua orang yang menyalahkanku. Kata-kata yang selalu kau gadangkan adalah kau kecewa karena aku pergi meninggalkan masalah. Sekarang aku bertanya bertahun aku menantimu apa kamu menjaga kepercayaanku? kau justru membantingku, membunuhku, menyayatku dihadapan semua orang. Cinta seperti apa yang kau tawarkan padaku? kau membuatku melambung sekaligus mati karena cinta yang kau tawarkan. Telah kujelaskan padamu tentang ketidaknyamanan, tentang ketidakjujuranmu namun kau masih bergelak dengan kata maaf ini demi kamu. Dan ketika aku memakai kata bahwa sabar dan menunggu hanya sebuah permainan dan kau membantahnya bahwa hubungan kita sudah di titik kepastian. Aku bertanya padamu, jika ini memang titik kepastian kepastian apa ini? Kepastian bahwa selama ini hanya sebuah permainan? Atau kepastian bahwa cinta yang kamu kasih selama ini hanyalah sebuah balas jasa yang berhasil kau bungkus secantik mungkin hingga nampak di mataku seperti sebuah cinta. toh nyatanya penantianku hanya sebuah janji saja. Maaf, jika aku harus mengatakan kau memperlakukan wanita dengan sangat kejam. Tak pernahkah kau berfikir rasanya seperti apa? Coba kau jelaskan padaku mengapa kau ajarkan aku cara membenci dan mencinta disaat yang bersamaan? cinta seperti apa itu? Coba kau katakan sebangsat apa aku hingga membuat semua semurka itu. Katakan kesalahanku selain aku memilih pergi saat kebohongan yang selama ini disebunyikan akhirnya ku tau? Lantas sekarang aku mengulangi pertanyaanku, aku atau kau yang kecewa? Bertahun-tahun aku mencoba untuk mengibarkan cintamu dengan segala perjuanganmu, dan kuakui tak seorangpun dari yang mendekat segigih kau berjuang demi cinta. Kuakui jua bahwa perhatian yang kau berikan sangat menyangjungku. 24 Jam bahkan kau sedia ada untukku bahkan saat aku tidak memerlukan bantuanmu kau malah dengan senyum lebar itu menawariku bantuanmu. Kalau saja waktu itu bisa diulang, aku mungkin tidak akan pernah membiarkanmu membantuku apapun bentuknya jika itu hanya membuat luka. Rasa ikhlas yang kau sanjungkan dulu ternyata kini tidak bisa kau penuhi. Barang barangmu kujaga dengan baik selama 4 tahun ini. Perjuangan yang kau torehkan sebegitu hebat ternyata mengukir kekecewaan yang begitu dalam. Seandainya kau mengerti perasaanku kau tidak akan menghantamku bertubi tubi dengan kebohongan dan pengkhianatanmu. Aku sadar aku bukan orang yang sempurna. Kau akan menemukan kesempurnaan di diri orang yang lain yang bisa mengubahmu menjadi lebih baik, karena nyatanya aku gagal mengubahmu dan itu berarti aku bukan orang yang tepat. Tapi paling tidak kehadiranmu memberikan aku satu pembelajaran bahwa terkadang perjuangan itu bukan harga mati dalam sebuah komitmen. Ku cukupkan kau menjadi kenangan dan kuharap kau juga mencukupkanku menjadi kenangan atau jika aku tidak pantas menjadi kenangan maka buanglah semua seperti kertas putih tak bertinta. Paling tidak aku berterima kasih atas kenangan terbaik yang kau berikan. Terima kasih atas kenangan akan dinner pasta yang kau janjikan hanya untukku.
Terima kasih atas kenangan tentang fitnes dimana kau rela memasakan menu dietku. Terima Kasih atas kenangan tentang jogja yang begitu luar biasa yang gak akan mungkin aku lupakan saat itu. Terima Kasih atas bunga mawar yang kau beri dihari specialku. Terima kasih atas pertemuan dengan nuansa kopi yang begitu banyak kenangan, terlebih disetiap tisu yang kau ambil untuk menghapus air mataku. Terima kasih atas kenangan yang tidak mungkin aku sebutkan satu persatu lagi. Maaf kalau ini isinya hanya pembelaan diri, tapi setidaknya ini sudah mewakili diamku selama ini. Lanjutkan hidupmu, sejatinya jika memang aku sebangsat itu, kau pasti akan menemukan orang yang lebih baik dari aku dan itu bukan aku.
Monday, September 2, 2019
BIARKAN AKU BRHARAP KEPADA SANG PEMILIK SEMESTA
Dirimu memang telah pergi dariku. Yang tersisa hanya kenangan dan sebuah keyakinan di hati jika mimpi-mimpi masih bisa terjadi. Memang diriku terlihat sebodoh ini, menunggu tanpa tau pasti kapan kau akan kembali. Takdir saat ini memang tak berjalan dengan baik, tapi ku yakin Tuhan tau mana yang terbaik. Kadang logika mencoba untuk merelakan tapi hati masih teguh dalam pendirian. Perang logika dan hati ini menyiksa, tapi hanya doa yang mampu mendamaikan itu semua. Mulut ini tak henti-hentinya bekerjasama dengan hati dalam doa walau logika selalu mematahkan sebuah pengharapan. Keyakinanku, Logika manusia akan terkalahkan dengan logika Tuhan. Keyakinanku, walau terpaut oleh jarak, badai belum berlalu, masalah yang tak kunjung usai, jika Tuhan sudah berkehendak semua itu pasti akan indah. Keyakinanku, kau akan kembali. Maafkan jika namamu diam-diam masih kupakai untuk berdiskusi dengan Sang Pemilik Hati. Saat ini aku tidak bisa berbuat apa-apa selain merayu Tuhan untuk memohon agar doa-doa tentangmu terkabulkan. Tak ada ragu dan tak akan menyerah aku meminta kepada-Nya. Jika kau melihat bintang dilangit, itu tak sebanding dengan banyaknya do’a yang ku minta kepada-Nya. Berharap Tuhan tidak pernah bosan mendengar doa-doa yang terus menerus kuucapkan. Aku berharap, cerita cinta ini akan berakhir seperti Adam dan Hawa. Tuhan yang memisahkan lalu mempertemukan. Sebuah kerelaan yang sangat besar ketika semesta memisahkanmu dariku. Jangan cegah aku untuk berharap kepada Sang Pemilik Semesta. Aku tidak melakukan apa pun selain meminta kepada-Nya. Aku tidak mencarimu tapi yang kucari hanyalah Dia. Aku tidak berharap kepadamu tapi aku hanya berharap kepada-Nya. Berharap, semesta mempertemukanmu lagi dengan diriku. Aku akan selalu mencintaimu dengan caraku. Mencintaimu dalam diam dan mengagumimu dalam lirihnya doa malam. Selalu kutunggu dan kubiarkan kuasa Tuhan yang bekerja. Mungkin perjuanganku tak sama seperti kebanyakan orang yang mencari lalu berhenti ketika orang yang dicintai tiba-tiba pergi. Aku tak seperti mereka. Aku berbeda. Aku tidak mempunyai nyali seperti mereka, yang aku punya hanyalah Tuhan yang mampu membolak balikan takdir seseorang. Jika nanti memang takdir masih belum berpihak baik kepadaku, aku tak menyesali waktu ku yang kuhabiskan untuk mendoakanmu. Karena kuyakin, tidak ada doa yang sia-sia.
Wednesday, March 6, 2019
Saturday, March 2, 2019
Friday, March 1, 2019
Thursday, February 28, 2019
Kecepatan, Jurnalistik menganut prinsip kecepatan. Ekcepatan yang dimaksud adalah informasi dapat segera diterima oleh wartawan dan cepat disebarluaskan melalui media massa. Kecepatan wartawan untuk meliput suatu peristiwa atau memperoleh berita sangat dipengaruhi oleh kemampuan wartawan itu sendiri. Kemampuan yang dimiliki ileh wartawan diperoleh mealalui pengetahuan serta pengalaman yang dimiliki serta pengalaman yang dimiliki oleh wartawan itu.
Ketepatan, Ketepatan suatu media massa dalam menyajikan berita akan menarik orang untuk membaca meria tersebut. Ketepatan dalam menyajikan berita ini dipengaruhi oleh kerja sama yang baik antara manajemen redaksional, manajemen bisnis, dan manajemen percetakan. Kelemahan salah satu dari ketiga bagian ini tentu akan mempengaruhi ketepatan media massa untuk menyajikan berita.
Kompetensi, Kompetensi diartikan sebagai kemampuan orang dalam menjalankan tugasnya. Kemampuan orang dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan yang dimiliki dan juga pengalaman. Perlunya berbagai latar belakang disiplin ilmu baik sosial, ekonomi, politik, hukum dan lain-lain. Dengan berbagai masa disiplin ilmu akan membantu dalam menganalisa permasalahan yang sangat kompleks yang ada di masyarakat. Semakin mempunyai banyak pengalaman serta latar belakang pengetahuan yang dimiliki, menjadikan orang tersebut semakin kompeten tugasnya.
Penekanan, Penekanan dii sisni diartikan sebagai masalah pokok yang ingin disajikan dan diulas dalam media massa. Masing-masing media dapat memberikan penekanan masing-masing sesuai ciri khasnya. Apakah suatu media akan menekankan beritanya soal sosial, ekonomi atau yang lainnya. Penekanan informasi yang disampaikan itu akan membuat orang mencari khasnya sendiri-sendiri.
Loyalitas, Loyalitas ini sangat mempengaruhi tumbuh kembangnya suatu badan usaha. Loyalitas dalam penerbitan jurnalistik meliputi baik mulai dari wartawan yang meliput berita sampai dengan orang –orang yang menyebarkan hasil cetakan penerbitan media massa. Loyalitas seseorang dalam menjalankan tugasnya ini bisa dipengaruhi faktor dari dalam orang itu sendiri maupun dari luar yang berupa manajemen yang diterapkan atau diberlakukan dalam perusahaan itu. Manajemen yang baik akan mendorong seseorang untuk terus loyal terhadap tugas-tugas yang diembannya.
Kelayakan, Kelayakan menjadi salah satu prinsip dalam jurnalistik. Kelayakan disini menyangkut informasi yang diterima redaksi. Apakah suatu berita atau informasi layak dimuat untuk diberitakan kepada massa tergantung penilaian bagian redaksi. Mengingat media massa merupakan media yang dinikmati oleh khalayak umum maka kelayakan suatu informasi atau berita untuk dimuat berdasarkan standar umum yang menyangkut orang banyak bukan kepentingan orang tertentu. Kelayakan suatu berita untuk dimuat juga bisa dipandang dari segi moral seperti tidak melukai pribadi orang atau kelompok tertentu, tidak menghasut, bahasanya yang santun dan sebagainya.
Prioritas, Prioritas juga menjadi prinsip penting dalam jurnalistik. Prioritas sangat diperlukan dalam mencapai tujuan. Seringkali suatu perusahaan penerbitan pers yang mempunyau alat cetak sendiri disamping untuk mencetak media masa kadang juga untuk usaha lainnya. Pada situasi tertentu sering terjadi kesamaan waktu untuk naik cetak. Dalam situasi seperti itu maka perlu prioritas dalam usaha percetakan yaitu mendahulukan mencetak media massa sebagai tujuan dari perusahaan dan itu juga menyangkut orang banyak supaya berita dapat dinikmati banyak orang dengan cepat dan tepat. Otten Coffee